Israel Hadapi Ancaman Isolasi Internasional di Tengah Perang Gaza

Israel Hadapi Ancaman Isolasi Internasional di Tengah Perang Gaza
Israel semakin terjepit di panggung internasional akibat perang Gaza. (Media Sosial X)

SEIRING berlanjutnya perang di Gaza, posisi Israel di panggung internasional semakin terisolasi. Beberapa pengamat menyebut situasi ini bisa menyerupai “momen Afrika Selatan”, ketika tekanan politik, ekonomi, serta boikot budaya dan olahraga memaksa rezim apartheid berakhir pada 1990-an.

Dua mantan perdana menteri, Ehud Barak dan Ehud Olmert, bahkan menuduh Benjamin Netanyahu menjadikan Israel “paria internasional.” Isolasi itu makin terasa setelah Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu, membatasi negara-negara yang bisa ia kunjungi.

Pekan depan, sejumlah negara Barat termasuk Inggris, Prancis, Australia, Belgia, dan Kanada diperkirakan akan mengakui Palestina sebagai negara. Negara-negara Teluk pun mengecam keras serangan Israel ke Qatar pekan lalu dan tengah merumuskan respons bersama.

Tekanan Ekonomi dan Sanksi

Netanyahu mengakui Israel kini menghadapi bentuk “isolasi ekonomi.” Belgia telah memberlakukan larangan impor dari permukiman ilegal di Tepi Barat, membatasi hubungan dagang, hingga melarang masuk dua menteri garis keras Israel. Spanyol menyusul dengan melegalisasi embargo senjata, melarang kapal dan pesawat pembawa senjata menuju Israel, serta menolak masuk orang yang terlibat kejahatan perang di Gaza.

Norwegia juga mengumumkan penarikan investasi dari puluhan perusahaan Israel melalui dana abadi mereka. Sementara Uni Eropa sedang menimbang sanksi terhadap menteri-menteri sayap kanan dan pembatasan kerja sama dagang.

Boikot Budaya dan Olahraga

Selain sanksi ekonomi, boikot budaya dan olahraga mulai terlihat. Beberapa negara Eropa, seperti Irlandia dan Spanyol, mengancam menarik diri dari Eurovision jika Israel tetap diikutsertakan. Di Hollywood, lebih dari 4.000 seniman, termasuk Emma Stone dan Javier Bardem, menandatangani seruan boikot terhadap festival dan produksi Israel.

Di Spanyol, balap sepeda Vuelta de España terganggu demonstrasi menentang tim Israel, sementara sejumlah pecatur Israel mundur dari turnamen karena dilarang bertanding di bawah bendera mereka.

Reaksi Israel

Pemerintah Israel menanggapi gelombang sanksi dengan sikap menantang. Netanyahu menuding Spanyol melontarkan “ancaman genosida terang-terangan” dan mendesak industri Israel mengurangi ketergantungan pada perdagangan luar negeri. Menteri Luar Negeri Gideon Saar menuding negara-negara Eropa terjebak dalam “obsesi anti-Israel.”

Namun mantan diplomat Israel mengakui situasi ini mengkhawatirkan. Jeremy Issacharoff, eks duta besar untuk Jerman, menyebut posisi internasional Israel “belum pernah seburuk ini.” Sementara Ilan Baruch, mantan duta besar untuk Afrika Selatan, menilai tekanan berupa sanksi dan boikot memang diperlukan agar Israel kembali pada solusi dua negara.

Meski begitu, sebagian pengamat ragu isolasi Israel akan mencapai titik kritis. Dukungan penuh Amerika Serikat masih menjadi penopang utama. “Netanyahu memang semakin kehabisan jalan,” kata Daniel Levy, mantan negosiator perdamaian Israel. “Tapi kita belum sampai di ujung jalan itu.” (BBC/Z-2)

[OTOMOTIFKU]