
KETUA Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), Unifah Rosyidi, menegaskan bahwa pencopotan Kepala Sekolah SMPN 1 Prabumulih yang viral, meskipun akhirnya hal itu dibatalkan menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk tidak menyalahgunakan kekuasaan.
“Kalau menurut saya ini pelajaran bagi semua. Jadi jangan menggunakan kekuasaan untuk melakukan apa saja yang bukan tanggung jawabnya,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Rabu (17/9).
Lebih lanjut, menurutnya tugas para guru dan kepala sekolah di lingkungan sekolah adalah membimbing para siswa. Sehingga teguran menjadi salah satu tugas yang harus dilakukan jika siswa melakukan hal yang salah.
“Hal yang terjadi di Prabumulih meskipun saya tidak tahu detailnya, menegur dan membimbing siswa adalah tugas dan kewajiban guru. Hal yang tidak diperbolehkan itu melakukan kekerasan kan. Tapi untuk menegur dan membimbing ya menjadi tugasnya.
Jadi sebaiknya orangtua cek dan ricek. Kalau sudah seperti ini kan menjadi dipermalukan,” tegas Unifah.
Dia pun memandang bahwa di zaman serba digital saat ini, masyarakat sudah semakin pintar dan dapat melihat semua kebijakan dari para pemangku kepentingan secara transparan. Maka dari itu, para pejabat harus melakukan semua hal secara hati-hati.
“Sekarang masyarakat pinter-pinter. Suara rakyat itu suara tuhan. Bertindaklah profesional. Harus belajar. Jadi kalau dibina dan diingatkan kan lain. Kalau tiba-tiba memecat karena anak pejabat sangat tidak profesional. Di zaman sekarang di mana masyarakat memandang secara transparan itu harus dicek dulu. Jadi ini pembelajaran penting bagi pejabat untuk berhati-hati karena masyarakat sangat melek,” pungkasnya. (H-3)
[OTOMOTIFKU]