Peneliti Katak Betina lebih Pilih Mati daripada Kawin

Peneliti: Katak Betina lebih Pilih Mati daripada Kawin
ilusrasi, katak(Freepik)

KATAK betina ternyata punya cara unik untuk menghindari ajakan kawin dari jantan. Mereka bisa berpura-pura mati agar terlepas dari genggaman jantan yang memaksa.

Penemuan ini mengejutkan para peneliti, karena sebelumnya betina dianggap pasif terhadap genggaman jantan. Namun, penelitian terbaru menunjukkan betina justru punya strategi untuk membela diri dari paksaan kawin.

Betina Melawan Kawin Paksa

Peneliti menemukan bahwa katak betina Eropa tidak selalu pasif menghadapi paksaan kawin. Mereka justru punya strategi mengejutkan untuk melepaskan diri dari genggaman jantan.

Dalam penelitian yang diterbitkan di Royal Society Open Science, Dittrich bersama Dr. Mark-Oliver Rödel menjelaskan eksperimen dengan menempatkan seekor katak jantan di dalam kotak berisi dua betina.

Selanjutnya, perilaku kawin mereka direkam melalui video untuk melihat reaksi alami dari para betina.

Hasil menunjukkan bahwa 54 betina yang digenggam jantan, mayoritas menunjukkan perlawanan. Sebanyak 83 persen betina mencoba memutar tubuh, seolah-olah menolak genggaman jantan.

Selain itu, 48 persen betina juga mengeluarkan suara mirip gerutuan atau cicitan saat digenggam. Suara tersebut biasanya disertai gerakan memutar, menjadi tanda protes agar dilepaskan.

Menariknya, 33 persen betina memilih berpura-pura mati dengan tubuh kaku terentang. Taktik ini disebut imobilitas tonik, mirip strategi pertahanan beberapa hewan lain di alam.

Betina Kecil Lebih Sering Gunakan Tiga Taktik

Peneliti menemukan bahwa betina berukuran kecil cenderung menggunakan tiga taktik sekaligus. Dibandingkan betina besar, mereka lebih sering berputar, bersuara, sekaligus berpura-pura mati.

Hal ini kemungkinan terjadi karena betina kecil masih muda dan kurang berpengalaman dalam reproduksi. Tingkat stres yang lebih tinggi juga membuat mereka lebih kreatif mencari cara menghindari musim kawin.

Taktik Efektif

Dari seluruh betina yang mencoba bertahan, sebanyak 25 berhasil melarikan diri. Artinya, strategi berpura-pura mati maupun berputar tetap punya peluang untuk sukses.

Namun, peneliti menekankan bahwa strategi ini mungkin punya tujuan lain, seperti Rotasi tubuh betina, bisa menjadi cara menguji kekuatan serta daya tahan jantan.

Jika jantan mampu bertahan, ia dianggap lebih kuat untuk melawan jantan lainnya di alam liar. Dengan begitu, betina secara tidak langsung memilih pasangan yang tangguh demi keturunan.

Meski memberi gambaran baru, penelitian ini memiliki keterbatasan tertentu. Sampel kecil dan kondisi laboratorium tidak sepenuhnya mencerminkan situasi di alam.

Di alam liar, betina bisa lebih mudah menyelam atau bersembunyi dari jantan. Selain itu, sering terbentuk “bola kawin”, yaitu sekelompok jantan merebut satu betina.

Meskipun begitu, penelitian ini membuka wawasan baru mengenai perilaku katak betina.

“Saya pikir meskipun kita menyebut spesies ini katak biasa dan merasa sudah mengenalnya dengan baik, masih ada aspek-aspek yang belum kita ketahui,” ujar Dr. Carolin Dittrich, penulis pertama studi dari Museum Sejarah Alam Berlin.

Sumber: The Guardian

[OTOMOTIFKU]