
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) fokus dalam mewujudkan target 1 gigawatt (GW) dalam 2-3 tahun ke depan dan 1,7 GW pada 2034. Sejalan dengan itu, PGE mengidentifikasi potensi panas bumi hingga 3 GW dari 10 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola secara mandiri.
“Angka ini bukan sekadar data teknis, tetapi cerminan dari besarnya peluang yang dimiliki Indonesia untuk memperkuat ketahanan energi nasional. Lebih dari itu, potensi ini dapat menjadi motor penggerak transisi menuju energi bersih,” jelas Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Julfi Hadi dalam keterangan tertulis, Kamis (18/9).
Ia menekankan ajang The 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025 yang digelar di Jakarta pada Rabu (17/9) menjadi kesempatan bagi PGE untuk membuka diskusi mengenai peluang bisnis panas bumi di luar kelistrikan (off-grid).
“Analisis kami menunjukkan potensi komersial yang tinggi dalam bisnis off-grid, termasuk green hydrogen dan green ammonia yang pasar domestiknya diprediksi akan tumbuh signifikan di 2030. Hal ini menjadi kesempatan yang penting untuk ditangkap oleh PGE.”
Faktor ini yang kemudian melandasi strategi beyond electricity PGE. “Saat ini kami sedang mempersiapkan ekosistem green hydrogen. Di Indonesia, Pertamina menjadi satu-satunya yang memiliki rantai proses end-to-end, mulai dari panas bumi, elektrolisis, infrastruktur midstream, hingga offtaker,” tambahnya.
Melalui pergelaran yang berlangsung pada 17–19 September itu, PGE siap berperan aktif dalam membahas strategi penguatan industri panas bumi. “Beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit 2, proyek eksplorasi (greenfield) Gunung Tiga, groundbreaking pilot project green hydrogen (hidrogen hijau) Ulubelu serta pengembangan proyek lainnya menjadi bukti nyata komitmen kami dalam mengoptimalkan pemanfaatan panas bumi,” kata Julfi. (I-2)
[OTOMOTIFKU]