
LEBIH dari dua abad telah berlalu sejak kematiannya, namun aura dan jejak gaya Marie Antoinette sama sekali tidak pudar. Ratu Prancis yang masyhur dengan kehidupan berlimpah kemewahan itu kini dikenang bukan hanya sebagai tokoh sejarah, melainkan sebagai ikon mode global yang abadi.
Dari balutan gaun spektakuler di istana Versailles hingga gaungnya dalam gaya selebritas masa kini, estetika Antoinette terus memancar. Nama-nama besar seperti Kylie Jenner, Rihanna, hingga desainer papan atas dunia menghidupkan kembali citra sang ratu di panggung modern.
“Marie Antoinette adalah ikon mode dan gaya pada masanya. Namun, belum pernah ada pameran yang benar-benar menyingkap warisan luar biasa itu,” ujar Sarah Grant, kurator pameran, kepada CNN.
Antoinette telah lama menjadi rujukan tak habis-habisnya. Kylie Jenner, Miley Cyrus, hingga Chappell Roan tampil dengan interpretasi gaya Rococo ala sang ratu, melanjutkan warisan Madonna yang pernah memamerkan versi teatrikalnya di MTV Awards 1990. Wig menjulang tinggi, gaun transparan, hingga aksesori berkilau bukan sekadar busana—melainkan simbol berani, glamor, dan penuh pernyataan.
Jejaknya makin nyata dalam karya desainer besar: John Galliano, Karl Lagerfeld, Vivienne Westwood, hingga Alessandro Michele, yang tak henti menjadikan siluet, tekstur, dan fantasi gaya Antoinette sebagai sumber energi kreatif.
Dari Ratu Kontroversial Jadi Ikon Populer
Jika dulu ia dikecam sebagai figur dekaden, hari ini Antoinette justru menjelma ikon budaya populer. Ia bukan hanya wajah cantik, melainkan juga lambang perlawanan terhadap batasan dan aturan sosial.
Pilihan dandanan, perhiasan, dan busana yang ia tampilkan bukan sekadar keanggunan pribadi. Ia sedang merancang tren baru—embrio budaya selebritas yang kini mendominasi dunia hiburan.
Pameran Antoinette di London
Museum Victoria & Albert di London baru saja membuka pameran skala besar yang mendedikasikan panggung untuk warisan mode sang ratu. Lebih dari 250 artefak dipamerkan: mulai dari perhiasan pribadi yang ia bawa saat berusaha melarikan diri tahun 1791, hingga gaun sutra, kipas cat air, sandal berhias manik, dan benda-benda kecil yang menyimpan aura Versailles.
Tak hanya visual, pengalaman multisensorial juga dihadirkan. Aroma favorit Antoinette, campuran akar orris, tuberose, violet, dan musk, dibuat ulang, menghadirkan kembali atmosfer istana yang semarak dan menggiurkan.
Kemewahan dan Kontroversi Ratu Prancis
Gaya hidup mewah Antoinette selalu menjadi titik sorotan, terutama di masa Revolusi Prancis, ketika dirinya dijadikan simbol penghamburan dan dipisahkan dari rakyat yang menderita. Propaganda politik menyerang dirinya tanpa ampun—kartun satir menggambarkan dirinya secara cabul dan penuh tuduhan tak bermoral.
Citra yang dilekatkan lewat gosip dan fitnah itu membuat jarak antara dirinya dan rakyat semakin tak terjembatani. Antoinette pun menjadi lambang kebencian sekaligus keinginan rakyat untuk meruntuhkan kekuasaan absolut.
Sudut Pandang Baru Melalui Film
Namun, abad modern membuka tafsir lain. Buku The Journey karya Antonia Fraser (2001) menyorot sisi manusiawi Antoinette, bukan hanya sebagai ratu yang dicerca sejarah.
Sementara itu, film Marie Antoinette (2006) garapan Sofia Coppola, dengan Kirsten Dunst sebagai pemeran utama, menghadirkan kisah dramatis seorang gadis 14 tahun yang dipaksa masuk ke arena politik besar, lalu harus menanggung beban kerajaan di usia belia. Narasi ini menyingkap sosok Antoinette sebagai manusia dengan kerentanan, bukan sekadar mitos dekadensi.
Warisan yang Tak Pernah Padam
Marie Antoinette adalah figur yang tak pernah selesai diceritakan. Meski hidupnya berakhir tragis di bawah guillotine, ia tetap hadir sebagai inspirasi lintas generasi: desainer, seniman, musisi, dan selebritas terus menggali gaya dan keberaniannya.
Warisan fesyennya menjadikannya lebih dari sekadar nama dalam buku sejarah. Ia adalah ikon mode abadi—simbol kecantikan, keberanian, dan pesona yang melampaui zamannya. (edition.cnn.com/Z-10)
[OTOMOTIFKU]