Anwar Ibrahim Desak Thailand dan Kamboja Selesaikan Ketegangan Perbatasan

Anwar Ibrahim Desak Thailand dan Kamboja Selesaikan Ketegangan Perbatasan
Presiden Prabowo Subianto (kiri) bersama Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (kanan)(ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

PERDANA Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menekankan pentingnya penyelesaian damai atas sengketa perbatasan yang kembali memanas antara Thailand dan Kamboja. Ia mendorong kedua negara untuk membawa persoalan tersebut ke meja perundingan melalui mekanisme Joint Border Committee (JBC).

Anwar menyampaikan hal itu melalui unggahan di media sosial, sehari setelah dirinya berbicara lewat telepon dengan Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet. 

“Saya berkesempatan berbincang dengan Perdana Menteri Hun Manet untuk mendapat gambaran lebih jelas mengenai perkembangan terkini di perbatasan Thailand–Kamboja. Saya menekankan agar setiap isu yang belum terselesaikan dibahas melalui JBC,” kata Anwar dikutip Bernama.

Ia menambahkan, Malaysia percaya dialog, diplomasi, dan semangat saling memahami antarnegara ASEAN merupakan cara paling efektif dalam meredakan setiap bentuk perselisihan. 

Menurut Anwar, Malaysia juga telah melakukan komunikasi lanjutan dengan kedua belah pihak menyusul meningkatnya ketegangan.

Perselisihan terbaru bermula dari tudingan Hun Manet yang menyatakan pasukan Thailand menghalangi lebih dari 20 keluarga Kamboja untuk kembali ke rumah mereka di wilayah sengketa.

Klaim tersebut disampaikan Hun Manet melalui surat resmi ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Namun, juru bicara militer Thailand, Winthai Suvaree, membantah tuduhan itu. Ia menyebut warga Kamboja justru melakukan tindakan provokatif, menciptakan kerusuhan, dan bahkan menduduki wilayah Thailand secara ilegal.

Ketegangan perbatasan kedua negara bukanlah hal baru. Pada Juli lalu, bentrokan bersenjata menewaskan sedikitnya 33 orang sebelum akhirnya Malaysia turun tangan memediasi dan menghasilkan kesepakatan gencatan senjata. Meski demikian, masalah perbatasan belum sepenuhnya tuntas dan masih berpotensi memicu konflik baru. (M-3)

[OTOMOTIFKU]