
LAWANG Sewu Short Film Festival (LSSFF) 2025 dengan berbagai rangkai acara yang seru dan menyenangkan dibuka oleh Wali kota Semarang, Agustina Wilujeng. Sebagai kota yang terus tumbuh, festival kali ini menjadi bagian dari langkah menuju tonggak bersejarah: Semarang Kota Sinema.
Mengusung tema “Dari Seribu Pintu, Semarang Berkisah”, LSSFF 2025 memiliki makna sebagai ruang bagi para insan perfilman untuk dapat saling tumbuh dan menggali serta menghadirkan kekayaan sejarah dan budaya Kota Semarang melalui cerita dari setiap sudut kota dalam lensa film pendek.
“Film sebagai industri kreatif yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan sejarah maupun budaya. Melalui LSSFF 2025, kami ingin melihat bagaimana generasi muda maupun para kreator film ini menceritakan Kota Semarang, baik dari Lawang Sewu maupun gang-gang kecil di Kota Lama,” ujar Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng.
LSSFF 2025 menawarkan beragam program yang bisa menjadi kesempatan emas bagi sineas lokal untuk menunjukkan bakat dan kreativitas mereka. Mulai dari forum inspirasi, workshop, screening festival, hingga malam penganugerahan.
“Setiap program kegiatan dirancang untuk memperluas akses para kreator film lokal, menghubungkan mereka dengan komunitas maupun filmmaker, sekaligus memberikan kesempatan kepada publik untuk menyaksikan hasil akhir karya-karya mereka,” kata Agustina.
Perhelatan LSSFF 2025 akan dimulai dengan diskusi publik dan forum inspirasi “Lawang Talks” yang berlangsung pada tanggal 23–26 September 2025 di Aula Balai Kota Semarang. Kegiatan dalam bentuk panel talk dan sharing session ini selain mengenalkan event LSSFF 2025, juga menjadi kesempatan berjejaring sekaligus ruang temu diskusi bagi para sineas muda maupun komunitas bersama para pembuat film.
Sementara itu, submisi dan seleksi film dijadwalkan sejak 21–30 September 2025. Para calon peserta bisa menggali ide-ide dan membuat cerita sesuai dengan tema sebelum mengikuti “Workshop Mini Lab” yang dilaksanakan pada 23–25 Oktober 2025. Ini akan menjadi momen berharga bagi para sineas muda untuk belajar langsung dari praktisi film pendek. Sebuah momen ketika kreativitas dan kesempatan bertemu melalui pelatihan intensif dan aplikatif dalam hal storytelling, produksi, penyutradaraan, hingga distribusi film pendek melalui pendekatan lokal dan relevan untuk Kota Semarang dan sekitarnya.
Ada juga Short Film Competition yang berlangsung mulai 1 Oktober hingga 4 November 2025. Kompetisi ini memberikan kesempatan kepada para kreator film untuk menunjukkan hasil pemikiran, riset, dan refleksi sesuai tema festival dalam bentuk karya seni film pendek. Selanjutnya, pada tanggal 10–19 Desember 2025 para peserta yang masuk dalam daftar pendek akan dilakukan verifikasi dan kurasi sebelum penjurian oleh panel profesional dan juri komunitas untuk penentuan nominasi dan pemenang.
Acara lain yang tidak kalah seru yakni Semarang Film Week yang menggunakan konsep pasar malam dan layar tancap. Ini menjadi ruang pemutaran film-film terpilih yang berlangsung selama tiga hari tiga malam pada tanggal 5–7 Desember 2025. Kegiatan ini tidak hanya menjadi diskusi antara penonton dan pembuat film, melainkan juga memberikan inspirasi bagi siapa saja yang bermimpi melihat karya mereka diterima oleh dunia.
Puncak perhelatan “Malam Anugerah LSFF 2025” akan digelar pada 19 Desember 2025 di Gedung Ki Narto Sabdo TBRS Semarang. Pada hari tersebut akan diumumkan pemenang dan penyerahan penghargaan, penampilan hiburan spesial, serta berbagai pameran kreatif turut menghiasi perayaan ini.
LSSFF 2025 hadir tidak hanya menjadi ajang kompetisi maupun ruang edukasi sejarah dan budaya, melainkan juga sebagai wadah untuk memperkuat ekosistem industri kreatif, khususnya bidang perfilman di Indonesia. LSSFF 2025 ini akan dikuratori Haris Yuliyanto, Gerry Junus, dan Indra Prasetya. Sementara jajaran juri terdiri atas Hanung Bramantyo, Monty Tiwa, Indra Yudhistira, dan Ardian Parasto.
Wali Kota Semarang Agustina berharap LSSFF melahirkan talenta-talenta baru yang mengarah pada ekosistem film lokal yang lebih kuat dan lebih hidup. Pun berkontribusi bagi pertumbuhan film industri, serta mengantarkan Kota Semarang sebagai kota sinema.
“Saya mengajak masyarakat, sineas, dan pencinta film untuk ikut serta menjadi bagian dari Lawang Sewu Short Film Festival. Saya percaya, festival ini merupakan jembatan menuju kesempatan lebih besar, tempat lahirnya sineas-sineas muda, tempat karya-karya terbaik mendapatkan pengakuan,” pungkasnya.(M-2).
[OTOMOTIFKU]