Ini Solusi Berantas Penyakit Tanaman dengan Bakteri, Terbukti Ramah Lingkungan

Ini Solusi Berantas Penyakit Tanaman dengan Bakteri, Terbukti Ramah Lingkungan
Ilustrasi–Petani menyemprotkan pestisida pada tanaman padi di Kota Pekalongan, Jawa Tengah.(ANTARA/Harviyan Perdana Putra)

BAGI petani, serangan penyakit tanaman kerap menjadi momok karena bisa berdampak pada kegagalan panen. Alih-alih menggunakan pestisida kimia sintetis, ternyata ada satu solusi ramah lingkungan yang berasal dari bakteri, aktinomiset. 

Aktinomiset, terutama genus Streptomyces, menjadi salah satu kelompok bakteri dengan potensi tinggi sebagai pengendali hayati penyakit tanaman. Hal itu disampaikan oleh Guru Besar Proteksi Tanaman IPB University, Prof Abdjad Asih Nawangsih, dalam Konferensi Pers Praorasi Ilmiah Guru Besar IPB University secara daring, Jumat (19/9).

“Uji laboratorium menunjukkan bahwa efektivitas penghambatan mikroorganisme penyebab penyakit tanaman oleh aktinomiset bisa mencapai 76 persen,” ujar Prof Abdjad.

Aktinomiset sendiri merupakan bagian dari kelompok organisme yang dikenal sebagai agens pengendali hayati atau biological control agents (BCAs). 

MI/HOGuru Besar Proteksi Tanaman IPB University, Prof Abdjad Asih Nawangsih

Sering disebut biopestisida, BCAs berasal dari mikroorganisme, khususnya bakteri, yang berfungsi menekan perkembangan patogen tanaman.

“Beberapa bakteri yang umum digunakan sebagai agens biokontrol antara lain Bacillus subtilis, B. amyloliquefaciens, B. megaterium, B. velezensis, Lactobacillus plantarum, Pantoea agglomerans, Pseudomonas fluorescens, dan Agrobacterium radiobacter,” jelasnya.

Ia membeberkan, aktinomiset tidak hanya mampu menghambat patogen secara langsung melalui mekanisme antibiosis. Ia juga dapat meningkatkan ketahanan tanaman lewat biosintesis senyawa bioaktif. 

Menurut dia, aktivitas antimikroba, produksi enzim seperti cellulase, chitinase, dan glucanase, serta sintesis siderofor dan fitohormon menjadikan aktinomiset sebagai solusi potensial bagi pertanian berkelanjutan.

Prof Abdjad menambahkan bahwa studi tentang pengendalian hayati penyakit tanaman semakin meningkat seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pertanian ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan.

Pasar biopestisida global juga mencatat pertumbuhan signifikan. Pada tahun 2024, nilainya mencapai US$8,73 miliar dan diproyeksikan meningkat menjadi US$28,61 miliar pada 2032, dengan pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 16%.

Di Indonesia, meskipun belum ada data pasti mengenai jumlah petani yang menggunakan biopestisida, beberapa produk sudah beredar di pasaran. 

Tantangan utama, menurut Prof Nawangsih, adalah meningkatkan edukasi dan kepercayaan petani terhadap efektivitas biopestisida dibandingkan pestisida kimia sintetis. (Z-1)

[OTOMOTIFKU]