Batasi Karpet dan Atur Suhu, Inilah Kiat Agar Pameran Usung Konsep Hijau

Batasi Karpet dan Atur Suhu, Inilah Kiat Agar Pameran Usung Konsep Hijau
Peserta pameran Secure Meter melibatkan material daur ulang dari limbah bekas gabah di standnya.(Dok Istimewa)

Bisnis pameran berpotensi menghasilkan limbah serta mengonsumsi energi yang tinggi. Limbah dihasilkan dari berbagai material sekali pakai yang digunakan peserta dan pengunjung pameran, sedangkan energi digunakan untuk pengiriman material, konsumsi listrik, hingga BBM.

Perusahaan penyelenggara pameran, Pamerindo, dalam penyelenggaraan Indonesia Energy & Engineering (IEE) Series 2025 yang diselenggarakan 10–13 September serta 17–20 September di JIExpo Kemayoran, Jakarta, mengantisipasi hal itu dengan kolaborasi dengan Repair Project, bagian dari Waste4Change. Organisasi yang berbasis di Bandung itu memproduksi panel, bus dekorasi, dan decking pameran dari kardus dan limbah banner. 

“Usia barang-barang itu akan terus panjang. Bahkan, suvenir tahun ini pun dibuat dari limbah banner. Insha Allah tidak ada yang dibuang kecuali limbah organik yang juga menjadi makanan maggot,” ujar Marketing Communications Manager Pamerindo Indonesia Ingrid Muljo. 

Sejak 2022, lanjut Ingrid, pihaknya juga membatasi penggunaan karpet di area pameran. Keputusan ini sempat dipertanyakan peserta pada tahun pertama, namun kini memasuki tahun ketiga sudah diterima luas. Melalui stiker lantai, pengunjung diberi informasi bahwa tidak menggunakan karpet berarti mengurangi limbah dalam jumlah besar. 

“Edukasi memang tantangan terbesar. Tapi justru di situlah proses peningkatan awareness terhadap keberlanjutan kami lakukan,” jelasnya.

Selain itu, penghitungan jejak karbon juga dilakukan sejak 2023 bersama vendor lokal ATMOS. “Kalkulasi mencakup transportasi, listrik, dan limbah dari kegiatan pameran. Bentuknya survei sukarela bagi peserta dan pengunjung. Tantangannya adalah mengedukasi mereka agar mau ikut disurvei. Karena mereka kadang belum paham tujuannya kita menghitung dan meng-offset-kan emisi,” kata Ingrid.

Ingrid menambahkan, induk usaha Pamerindo, Informa Group, bahkan telah memiliki sistem carbon offsetting dengan kredit karbon terakreditasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. “Kami tidak punya target spesifik angka offset per tahun, tetapi komitmen kami konsisten. Dari tahun ke tahun kami tetap melakukan perhitungan dan pengimbangan emisi,” ujarnya.

Di arena pameran, pengunjung dapat merasakan penerapan prinsip hemat energi. Area pameran tampak lebih redup karena tidak semua lampu dinyalakan, eskalator dihentikan sementara dan dialihkan ke lift, serta suhu AC dijaga stabil pada 23–25 derajat. Hotel-hotel mitra pun dipilih yang memiliki akreditasi program keberlanjutan.

“Untuk memudahkan komunikasi, kami bikin branding sendiri: ada ‘Green Stand, ada ‘White Energy’, bagaimana kita menggunakan energi seminimum mungkin. Keberlanjutan tidak hanya tentang yang “green-green” saja, tetapi juga inklusivitas dan edukasi.”

Ada pula penghargaan untuk mendorong peserta pameran tidak hanya berorientasi pada booth yang mewah namun menghasilkan limbah besar. Better Stand memberi penghargaan bronze, silver, dan gold bagi peserta dengan desain konstruksi yang dapat digunakan berulang kali. 

“Bahkan, terdapat peserta dari luar negeri yaitu seperti Secure Meter membawa gimmick hasil daur ulang dari limbah bekas gabah. Sementara, United Tractors tetap memakai rangka konstruksi yang sama selama beberapa tahun, hanya mengganti lapisan luar stan. Semakin ke sini, peserta pameran mulai sadar dan melaporkan kepada kami program keberlanjutan mereka,” kata Ingrid.(X-8)

[OTOMOTIFKU]