
INDONESIA memiliki cadangan nikel terbesar dunia. Tidak heran Indonesia dicap sebagai raja nikel dunia. Untuk memaksimalkan hal tersebut, aktivitas pertambangan nikel di Indonesia juga harus memperhatikan aspek-aspek sesuai kaidah yang berlaku, terutama dampak lingkungan.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, potensi secara keseluruhan industri nikel di Indonesia memiliki prospek yang cukup bagus. Hal ini ditopang juga dengan komitmen pemerintah mengenai hilirisasi nikel hingga perkembangan industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
“Kita memang menguasai sebagian cadangan nikel dunia dengan industri EV yang membutuhkan baterai sebagian besar komponennya dari nikel. Saya kira prospeknya cukup baik,” kata Komaidi dalam keterangan tertulis, Selasa (22/9).
Total cadangan bijih nikel per 2024 tercatat 5,913 miliar ton. Terdiri dari cadangan terkira sebesar 3,818 miliar ton dan cadangan terbukti sebesar 2,095 miliar ton. Demikian mengutip data Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batu Bara Indonesia Tahun 2025 yang dirilis Badan Geologi Kementerian ESDM dengan data termutakhirkan Desember 2024.
Artinya, apabila produksi bijih nikel per tahun diestimasikan sebesar 173 juta ton seperti data pada 2024, sisa umur cadangan bijih nikel Indonesia diperkirakan hanya sampai 34 tahun. Meski demikian, Komaidi mengakui saat ini industri baterai EV dan teknologi kendaraan listrik juga berkembang sehingga dapat menggunakan komponen atau bahan baku lain selain nikel, sehingga nikel tetap dipakai tetapi porsinya tidak sebesar sebelumnya.
“Nah ini yang saya kira juga perlu awareness dari kita untuk memanfaatkan mengambil peluang atau momentum tetapi juga tanpa mengesampingkan aspek-aspek kaidah penambangan yang seharusnya tepat untuk dijaga,” katanya.
Salah satu aktivitas pertambangan nikel yang sudah mendapatkan Program Penilaian Kinerja Perusahaan (Proper) hijau adalah PT Gag Nikel. Artinya Gag Nikel sudah taat terhadap seluruh tata kelola lingkungan dan melakukan pemberdayaan masyarakat.
Tambang nikel di Pulau Gag berada sekitar 30-40 kilometer dari destinasi wisata Raja Ampat, seperti Piaynemo. Lokasi tambang ini bukan di wilayah wisata yang sensitif ekologis tersebut, melainkan Pulau Gag yang berbeda, meskipun masih dalam wilayah Kabupaten Raja Ampat.
Selain itu, PT Vale Indonesia Tbk atau Inco merupakan produsen nikel matte yang telah lama dikenal di kancah internasional. Produk nikel matte yang dihasilkan digunakan dalam pembuatan baja tahan karat dan bahan dasar baterai. Perusahaan ini dikenal dengan praktik pertambangan berkelanjutan dan komitmen lingkungan yang kuat.
Wilayah tambangnya mencakup Sulawesi Selatan (Soroako), Sulawesi Tengah (Bahodopi), dan Sulawesi Tenggara (Pomalaa). PT Vale menjadi salah satu contoh perusahaan tambang yang berhasil menjaga keseimbangan antara profit dan keberlanjutan.
Kemudian PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel. Harita Nickel merupakan bagian dari Harita Group yang mengoperasikan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi berkelanjutan di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Selain IUP Pertambangan, perusahaan sejak 2017 memiliki pabrik peleburan (smelter) nikel saprolit dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan sejak 2021 juga memiliki fasilitas pengolahan dan pemurnian (refinery) nikel limonit dengan teknologi high pressure acid leaching (HPAL) di wilayah operasional yang sama. Kedua fasilitas tersebut hadir untuk mendukung amanat hilirisasi dari pemerintah Indonesia. (I-2)
[OTOMOTIFKU]