
INDONESIA mencatat capaian signifikan dalam ajang Indonesia-Latin America and the Caribbean (INA-LAC) Business Mission 2025. Forum bisnis ke-7 ini berhasil memfasilitasi transaksi senilai US$581 juta atau sekitar Rp9,64 triliun, terdiri dari potensi kesepakatan sebesar US$284 juta (Rp4,71 triliun) dan transaksi konkret senilai US$297 juta (Rp4,93 triliun).
“Sepanjang satu tahun terakhir, transaksi bisnis yang difasilitasi dalam kerangka INA-LAC telah mencapai US$ 581 juta (Rp9,64 triliun), terdiri dari US$ 284 juta (Rp4,71 triliun) potensi kesepakatan dan US$ 297 juta (Rp4,93 triliun) transaksi konkret. Kesepakatan utama dicapai di sektor otomotif dan suku cadang, pertambangan, industri strategis, serta investasi di bidang pengelolaan sampah dan pariwisata,” kata Ketua Delegasi RI Acep Somantri di Sao Paulo, Brasil, pada Senin (22/9/2025)
Ia mengaku gembira dengan terlaksananya INA-LAC 2025. Meski pelaksanaan tahun ini lebih singkat dan skala kegiatan lebih kecil, forum tersebut meraih sukses karena dirancang lebih terarah dan berorientasi pada hasil nyata. “Meskipun skala kegiatan lebih kecil, pelaksanaannya lebih targeted dan berorientasi pada hasil,” ujar Staf Ahli Bidang Manajemen Kementerian Luar Negeri RI itu.
Ajang INA-LAC 2025 menghadirkan satu institusi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) serta 14 perusahaan Indonesia berskala menengah hingga besar, baik BUMN maupun swasta. Mereka bergerak di sektor energi, otomotif dan suku cadang, industri strategis, agroindustri, kosmetik, logistik, hingga jasa keuangan. Sementara itu, dari kawasan Amerika Latin dan Karibia, sebanyak 120 pengusaha dan perwakilan pemerintah turut hadir dari berbagai negara, termasuk Brasil, Argentina, Meksiko, Cile, Ekuador, Guyana, Jamaika, Kolombia, Paraguay, Peru, dan Uruguay.
Acep menambahkan, secara keseluruhan tercatat 220 pertemuan bisnis antara pengusaha Indonesia dan mitra Amerika Latin dan Karibia dalam kerangka INA-LAC 2025. Beberapa kesepakatan strategis yang dihasilkan antara lain:
1. Pembentukan Indonesia-Brazil Chamber of Commerce and Industry, diinisiasi Paulo Azevedo bersama KADIN Indonesia.
2. Pengadaan peralatan pertahanan senilai US$4,3 juta serta potensi pembelian kendaraan lapis baja US$2,4 juta dari PT Pindad oleh WTech Meksiko.
3. Kerja sama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dengan Lassac Aereo Peru untuk layanan MRO pesawat.
4. Pembelian ban mobil dari EP Tire oleh Badax Group Brasil senilai US$12 juta, serta proyek investasi pengolahan sampah di Bali dan Jakarta bersama Bhumi Green Energy senilai US$100 juta.
5. Potensi pembelian produk pertambangan oleh Odora Minerals senilai US$50 juta dan investasi pengembangan hotel serta vila di Bali senilai US$5 juta.
Menurut Acep, capaian ini menunjukkan semakin kuatnya kerja sama ekonomi Indonesia dengan kawasan Amerika Latin dan Karibia, terutama di tengah tantangan global. “Keberhasilan INA-LAC 2025 diharapkan semakin memperkuat kerja sama ekonomi Indonesia dengan kawasan Amerika Latin dan Karibia, khususnya dalam menghadapi tantangan kondisi perekonomian global yang kian memanas akibat perang tarif,” tutupnya.
Kegiatan ini merupakan flagship program Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa yang diinisiasi sejak 2019. INA-LAC sudah digelar sebanyak tujuh kali, yaitu lima kali di Jakarta (2019, 2020, 2021, 2022, dan 2023) serta di Lima, Peru pada 2024, dan Brasil pada 2025.
Tahun ini, forum INA-LAC 2025 mengangkat tema “Charging Towards Sustainable and Resilient Business Partnerships” yang mencerminkan tekad Indonesia bersama negara-negara Amerika Latin dan Karibia untuk beradaptasi dengan dinamika global, termasuk meningkatnya proteksionisme, tarif perdagangan, serta ketegangan geopolitik.(I-1)
[OTOMOTIFKU]