Jawa Tengah Tetap Jadi Pasar Penting Penjualan Otomotif

Jawa Tengah Tetap Jadi Pasar Penting Penjualan Otomotif
Daihatsu Media Gathering GIIAS Semarang, di Hotel Aruss Semarang, Selasa (23/9).(MI/Haryanto Mega)

INDUSTRI otomotif nasional sepanjang 2025 menghadapi tantangan tidak ringan. Meski begitu, Jawa Tengah tetap menjadi salah satu pasar penting. Daihatsu mampu menjaga posisi kompetitif berkat andalan dua model, Grand Max Pickup dan Sigra.

Regional Head Jateng, Bali, dan Nusra Daihatsu, Budhi Lau menegaskan, Grand Max Pickup menyumbang porsi terbesar, yakni 31% dari total penjualan. Sedangkan Sigra memberikan kontribusi 24%, menjadikannya produk terpopuler kedua di Jawa Tengah.

“Secara segmentasi, pasar mobil di Jawa Tengah masih terbagi 36%  untuk kendaraan komersial dan 64% untuk kendaraan penumpang,” kata Budhi, dalam Daihatsu Media Gathering GIIAS Semarang, di Hotel Aruss Semarang, Selasa (23/9).

Secara nasional, data hingga Agustus 2025 mencatat penjualan otomotif berada di angka 522 ribu unit. Jawa Tengah menjadi salah satu wilayah penopang dengan karakter pasar berlapis, di mana kendaraan komersial masih dibutuhkan di sektor produktif, sementara mobil penumpang mendominasi kota besar.

Di Semarang, peta pasar lebih unik. Kendaraan penumpang mencapai 72 persen dari total penjualan, menunjukkan kuatnya kebutuhan mobilitas pribadi di perkotaan. Kondisi ini membuat Sigra mendapat tempat istimewa di hati konsumen perkotaan, sedangkan Grand Max tetap menjadi andalan sektor usaha.

Pangsa pasar Daihatsu di Jawa Tengah terus menunjukkan tren positif. Dari 14,3 persen pada Juli, kini naik menjadi 14,5 persen per Agustus 2025. Capaian tersebut menempatkan Daihatsu di posisi dua nasional, sejajar dengan kinerja secara keseluruhan.

“Harapan kami Jawa Tengah bisa tetap bertahan di peringkat dua nasional, lebih baik dari tahun sebelumnya yang hanya berada di posisi tiga,” ujarnya.

Optimisme itu diperkuat dengan proyeksi pemulihan pada kuartal IV 2025. Dukungan program pemerintah, perbaikan ekonomi domestik, dan strategi pemasaran yang lebih agresif diyakini akan mendongkrak performa pasar.

Faktor eksternal seperti stabilisasi nilai tukar rupiah dan konsistensi insentif daerah juga disebut menjadi penentu. Pasalnya, daya beli masyarakat di sektor otomotif sangat sensitif terhadap perubahan ekonomi, terutama pada segmen kendaraan niaga ringan yang bergantung pada pembiayaan leasing.

“Diharapkan dengan perbaikan kondisi ekonomi, dukungan pemerintah, serta strategi pemasaran yang lebih agresif, pasar otomotif dapat kembali tumbuh pada kuartal terakhir 2025,” tandas Budhi.(E-2). 

 

[OTOMOTIFKU]