IBM dan NASA Luncurkan Surya, Model AI Open Source untuk Menganalisa Aktivitas Matahari

IBM dan NASA Luncurkan Surya, Model AI Open Source untuk Menganalisa Aktivitas Matahari
AI Open Source IBM dan NASA.(Dok. IBM)

IBM dan NASA baru-baru ini meluncurkan open-source foundation model tercanggih, dirancang untuk memahami data observasi matahari beresolusi tinggi guna memprediksi aktivitas matahari memengaruhi Bumi serta teknologi di luar angkasa.

Surya, itulah nama dari teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) itu, diambil dari bahasa sansekerta yang berarti Matahari. Surya mewakili kemajuan signifikan dalam penerapan model AI Open Source untuk interpretasi citra matahari dan penelitian perkiraan cuaca antariksa, menghadirkan alat baru untuk membantu melindungi berbagai hal seperti navigasi GPS, jaringan listrik, hingga telekomunikasi dari sifat Matahari yang selalu berubah.

“Di IBM, misi kami dalam memanfaatkan AI bukan hanya untuk inovasi, tetapi juga untuk inklusivitas yang dapat membantu peneliti dan organisasi di Indonesia mempersiapkan respons operasional, ujar Presiden Direktur IBM Indonesia, Roy Kosasih, dalam keterangan persnya Rabu (24/9).

Berdasarkan data IBM, matahari memiliki dampak besar pada kehidupan modern karena suar matahari (solar flares) dan lontaran massa korona dapat merusak satelit, mengganggu navigasi penerbangan, memicu pemadaman listrik, serta menimbulkan risiko radiasi serius bagi para astronot.

Menurut skenario risiko sistemik yang dibuat oleh Lloyd’s, perekonomian global dapat menghadapi potensi kerugian sebesar USD 2,4 triliun dalam periode lima tahun, dengan kerugian yang diperkirakan mencapai USD 17 miliar akibat ancaman kemungkinan badai matahari. Fenomena matahari baru-baru ini sudah menunjukkan risikonya, dengan mengganggu layanan GPS, memaksa pengalihan penerbangan, menurunkan produksi pangan, serta merusak satelit.

Dengan meningkatnya ketergantungan manusia pada teknologi berbasis luar angkasa serta rencana eksplorasi ruang angkasa yang lebih dalam, prediksi cuaca matahari yang akurat menjadi semakin krusial. Surya merupakan bagian dari upaya IBM yang lebih luas guna mengadopsi pendekatan generatif dan otomatis untuk algoritma yang dapat ditemukan, diuji, dan dikembangkan dalam skala besar.

“Dengan merilis Model AI ini di Hugging Face, kami membuka akses bagi  para ilmuwan, pelaku bisnis, dan pembuat kebijakan membangun di atas fondasi bersama untuk meningkatkan kesadaran iklim. Inilah bagaimana keterbukaan diwujudkan menjadi ketahanan praktis bagi sistem yang diandalkan masyarakat setiap harinya,” terang Roy.

Lewat Surya, Para ilmuwan dan komunitas di seluruh dunia dapat menggunakan sekaligus mengembangkan pendekatan yang fleksibel, serta menskalakan untuk menghadapi berbagai tantangan terkait cuaca jangka pendek maupun proyeksi iklim jangka panjang. Karena desain dan metode pelatihannya yang unik, foundation model cuaca dan iklim ini dapat menangani jauh lebih banyak aplikasi dibandingkan model AI cuaca yang digunakan saat ini.

Kegunaan aplikasi ini mencakup pembuatan perkiraan berdasarkan observasi lokal, mendeteksi dan memprediksi pola cuaca ekstrem, meningkatkan resolusi spasial simulasi iklim global, serta memperbaiki cara proses fisik yang direpresentasikan dalam model numerik cuaca dan iklim.

Tidak sembarang dalam melahirkan teknologi, Foundational model ini pun telah melalui pra-pelatihan menggunakan data observasi Bumi selama 40 tahun terakhir dari Modern-Era Retrospective analysis for Research and Applications, Versi 2 (MERRA-2) milik NASA, sehingga memungkinkan untuk disesuaikan pada skala global, regional, maupun lokal untuk berbagai studi cuaca.

Dengan merilis Surya di Hugging Face, IBM dan NASA mendemokratisasi akses terhadap alat-alat canggih untuk memahami dan memprediksi cuaca matahari serta eksplorasi ilmiah. Para peneliti di seluruh dunia kini dapat membangun di atas fondasi ini untuk mengembangkan aplikasi khusus bagi wilayah dan industri mereka.  (H-3)

[OTOMOTIFKU]