MER-C Kirim Tim Medis Bantu Penanganan Korban Gempa Afghanistan

MER-C Kirim Tim Medis Bantu Penanganan Korban Gempa Afghanistan
PBB mengungkapkan korban Gempa di Afghanistan hadapi kondisi hidup yang memprihatinkan.(Khaama Press News Agency)

MEDICAL Emergency Rescue Committee (MER-C) mengirimkan tim medis untuk membantu penanganan korban gempa di Afghanistan.

Tim yang berangkat pada Selasa (23/9) terdiri dari empat orang, yaitu dr. Tonggo Meaty Fransisca selaku ketua tim, dr. Citra Haflinda Prihatiningrum, SpAn – spesialis anestesi, Wirsal Adiansyah Harahap, S.Kep.Ns. – perawat, dan jurnalis TvOne Andhika Pamungkas.

Meaty mengatakan mereka akan bertugas selama kurang lebih dua pekan, hingga 9 Oktober 2025. Tim akan melaksanakan pelayanan medis dan kemanusiaan di Kota Jalalabad dan Provinsi Kunar, wilayah yang terdampak gempa paling parah. 

“Misi kali ini adalah melakukan pelayanan medis dan menyerahkan bantuan kepada masyarakat terdampak gempa,” ujar Meaty dalam keterangan yang disampaikan MER-C, Kamis (25/9). 

Selain itu, tim medis MER-C juga dijadwalkan melakukan misi kemanusiaan ke Herat, daerah yang sebelumnya dilanda gempa bumi pada 7 Oktober 2023. Peristiwa tersebut menewaskan sedikitnya 4.000 orang.

Pada misi sebelumnya di Herat, MER-C telah mengirimkan tim medis sekaligus melaksanakan sejumlah program, termasuk pembangunan sumur bor untuk membantu warga yang kesulitan mengakses air bersih.

Gempa berkekuatan magnitudo 6,0 mengguncang Afghanistan pada Ahad (31/8) pukul 23.47 waktu setempat. Korban meninggal tercatat mencapai 1.400 orang, sementara 3.251 lainnya mengalami luka-luka.

Tanpa Perlindungan Memadai

Terpisah, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan para penyintas gempa bumi di Afghanistan menghadapi kondisi hidup yang memprihatinkan, berjuang dengan rumah yang hancur, kekurangan pangan, dan kurangnya tempat berlindung karena kebutuhan kemanusiaan yang meningkat pesat.

Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) telah memperingatkan bahwa keluarga-keluarga Afghanistan yang hancur akibat gempa bumi mematikan baru-baru ini menghadapi tantangan kemanusiaan yang berat, termasuk kehilangan rumah, mata pencaharian, dan akses terhadap kebutuhan dasar.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Rabu (24/9), UNHCR menyatakan para penyintas masih terjebak dalam kondisi hidup yang keras, dengan banyak yang terpaksa menanggung kekurangan makanan, air bersih, dan tempat berlindung. Para pekerja bantuan melaporkan anak-anak dan perempuan termasuk di antara yang paling rentan, berjuang tanpa perlindungan yang memadai di provinsi-provinsi yang dilanda gempa. (Khaama Press News Agency/B-3)

 

[OTOMOTIFKU]