Penyakit Paru Masih Jadi Penyebab Kematian Tertinggi di Dunia

Penyakit Paru Masih Jadi Penyebab Kematian Tertinggi di Dunia
Ilustrasi(Freepik.com)

STROK, penyakit jantung, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) masih menempati tiga besar penyebab kematian terbanyak di dunia. Setelah pandemi Covid-19 mereda, posisi Covid sebagai penyebab kematian utama kembali digantikan oleh pneumonia, sementara PPOK kembali menduduki peringkat ketiga setelah stroke dan penyakit jantung.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Alfian Nur Rosyid menjelaskan bahwa tingginya angka kematian akibat penyakit tersebut erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah perokok di masyarakat.

“Kasus stroke, penyakit jantung, dan PPOK semuanya berkaitan erat dengan kebiasaan merokok. Karena itu, strategi pengendalian tembakau dan polusi udara harus menjadi prioritas,” kata Alfian dalam konferensi pers, Kamis (25/9).

PDPI pun menekankan untuk adanya pengendalian rokok oleh pemerintah. Menurutnya, salah satu upaya untuk menekan angka konsumsi rokok adalah dengan meningkatkan pajak cukai tembakau.

“Kami melakukan advokasi terkait dengan peningkatan pajak cukai rokok. Saat ini cukai sudah mencapai 57%, dengan harapan bisa menekan jumlah konsumen. Jadi, hanya orang-orang tertentu yang mampu membeli, sedangkan masyarakat menengah ke bawah bisa terbatasi,” ujarnya.

Namun, ia mengakui bahwa munculnya peredaran rokok ilegal juga masih menjadi tantangan tersendiri. Karena itu, menurutnya negara perlu lebih aktif dalam mengendalikan peredaran rokok ilegal.

Selain itu, edukasi bahaya merokok juga harus terus digencarkan, termasuk lewat aturan pencantuman peringatan bergambar pada 20% bungkus rokok, serta pembatasan iklan rokok di media.

“Iklan rokok hanya boleh tayang pada malam hari, sekitar pukul 21.00 atau 22.00, untuk mencegah anak-anak terpapar,” tambahnya.

Selain rokok, Alfian mengatakan, polusi udara dari kebakaran hutan juga menjadi sorotan. Ia menegaskan bahwa kebakaran lahan, khususnya lahan gambut saat musim kemarau, seringkali menimbulkan pencemaran udara yang membahayakan kesehatan.

“Polusi bukan hanya berdampak pada paru-paru, tapi juga bisa masuk ke pembuluh darah dan menyerang organ lain seperti jantung, saraf, hingga ginjal,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia pun berharap agar pemerintah dapat mengeluarkan regulasi yang lebih ketat terkait rokok dan langkah serius dalam pencegahan polusi agar menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit pernapasan maupun penyakit sistemik lainnya.

“Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit pernapasan, kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat,” tuturnya. (H-2)

 

[OTOMOTIFKU]