Penjelasan Dokter tentang Gejala dan Kontaminasi Penyebab Keracunan Makanan

Penjelasan Dokter tentang Gejala dan Kontaminasi Penyebab Keracunan Makanan
Ilustrasi virus dan bakteri penyebab keracunan makanan.(Dok. Freepik)

KASUS keracunan makanan akibat menu Makan Bergizi Gratis (MBG) terus terjadi di berbagai daerah Tanah Air. Hal itu membuat banyak orangtua merasa khawatir. Karena itu, sangat penting bagi orangtua memahami gejala dan penyebab keracunan makanan, sehingga antisipasi dan penanganan bisa dilakukan dengan cepat.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Terapi Intensif Anak (UKK ETIA) IDAI, Dr Yogi Prawira menjelaskan keracunan yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Kontaminasinya bisa dari bakteri dan atau racun, parasit, virus, atau bahan kimia.

“Penyebab keracunan makanan ada cukup banyak, salah satunya bakteri salmonella, E. coli, listeria, dan ada clostridium botulinum,” kata Yogi dalam konferensi pers secara daring Kemarin (25/9).

Kemudian dari virus salah satunya bisa dari hepatitis A. Sementara dari parasit juga dilaporkan baik cacing maupun amuba, toksin dari jamur dari tumbuhan, dan bahan kimia atau logam.

“Kita mungkin pernah mendengar mengenai keracunan EGDG, itu akibat bahan kimia yang mengkontaminasi sediaan obat,” ucapnya.

Untuk gejalanya secara prinsip, tubuh punya mekanisme pertahanan. Sehingga pada saat terjadi intake atau asupan dari makanan atau minuman yang terkontaminasi, maka akan ada respons untuk mengeluarkan bisa dengan mual, muntah, nyeri perut, BAB cair, terkadang bisa timbul sampai BAB berdarah.

Kemudian bisa juga timbul gejala yang sifatnya lebih sistemik seperti demam, apalagi kalau penyebabnya ternyata bakteri atau toksin.

“Kemudian nyari kepala, pandangan kabur, ini gejala spesifik untuk keracunan-keracunan tertentu. Contohnya keracunan dari clostridium botulinum yang bisa menyebabkan kelemahan anggota gerak dan kesemutan,” ujar dia.

Yogi menyarankan yang harus diwaspadai adalah tanda-tanda dehidrasi, karena dengan adanya muntah dan nyeri, maka anak/orang dewasa akan beresiko mengalami kekurangan cairan.

“Jadi kalau tampak mukosa, mulutnya kering, anak meminta minum terus-menerus, kehausan, pusing, berkemihnya atau buang air kecilnya menjadi sedikit, warnanya lebih pekat, anak tampak lemas, maka mungkin sudah terjadi dehidrasi dan ini bisa berbahaya,” pungkasnya. (H-3)

[OTOMOTIFKU]