Tim Dosen UNY Ungkap Potensi Tiga Desa untuk Pembangunan Berbasis Potensi Lokal

Tim Dosen UNY Ungkap Potensi Tiga Desa untuk Pembangunan Berbasis Potensi Lokal
TIM Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang diketuai oleh Dr. Anik Widiastuti, S.Pd., M.Pd. berhasil memetakan potensi sejumlah desa di Gunungkidul. Hasil pemetaan itu selanjutnya dapat dijadikan pijakan bagi pembangunan desa berbasis potensi lokal.(MI/Agus Utantoro)

TIM Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang diketuai oleh Dr. Anik Widiastuti, S.Pd., M.Pd. berhasil memetakan potensi sejumlah desa di Gunungkidul. Hasil pemetaan itu selanjutnya dapat dijadikan pijakan bagi pembangunan desa berbasis potensi lokal.

Anik Widiastuti menambahkan, tim UNY, selain melibatkan sejumlah dosen, juga sejumlah mahasiswa. “Dalam rangka pelaksanaan program TERA Semesta Saintek, kami berhasil memetakan potensi wilayah Siyono, Rongkop dan Petir, di Kabupaten Gunungkidul, dengan partisipasi warga setempat. Dari hasil pemetaan yang diperoleh akan ditindaklanjuti dengan berbagai program lanjutan yang meliputi aspek ketahanan air, ketahanan agraria, dan ketahanan autonomi desa yang kami sebut ketahanan Triple-A,” kata Anik, Jumat (26/9).

 

Kawasan yang menjadi objek pendampingan ini, kata Anik, merupakan kawasan karst. Menurut dia, kawasa karst Gunungkidul selalu menghadapi tantangan serius terkait keterbatasan air, pertanian, dan keberlanjutan ekonomi lokal. Karenanya, UNY bersama masyarakat melakukan pemetaan potensi dan sumber daya wilayah guna merancang strategi ketahanan yang berkelanjutan. 

Program TERA Semesta Saintek berfokus Ko-Kreasi antara akademisi di perguruan tinggi dan komunitas masyarakat yang diharapkan dapat membentuk ekosistem saintific-citizen science melalui berbagai aktivitas bersama dan pendampingan dari Tim UNY.

Lebih lanjut Anik mengemukakan, data yang berhasil dikumpulkan tim menunjukkan Desa Petir memiliki potensi fisik dan nonfisik. Potensi Fisik teridentifikasi sebanyak 11 goa, song, dan luweng di Kelurahan Petir. Juga terdapat 5 telaga yang kini kondisinya kering bahkan ada yang telah beralih fungsi menjadi ladang. 

Sementara potensi non-fisik berupa atraksi budaya Wayang Uwuh, Kirab Sadranan mBah Jobeh, Reog Anak, Reog Dewasa, Jathilan, Ketoprak, Teater Sandiwara Jawa, Tari Anak, dan Macapatan. 

Tadah hujan

Pada kesempatan itu, Anik juga membeberkan, kawasan-kawasan tersebut juga berhasil mengembangkan pertanian ladang dan perkebunan. Pertanian dan perkebunan itu menghasilkan berbagai komoditi antara lain singkong, ubi jalar, jagung, kedelai, kacang gude, kacang tanah, benguk, koro, kecipir, kacang panjang, buah-buahan seperti jambu, jeruk bali, pisang, mangga, nanas, dan kelapa. Tak cuma itu, ada juga beberapa tanaman apotek hidup seperti temu lawak, temu ireng, kunyit, ekncur, jahe, lengkuas, serai, remujung, dan binahong yang dapat tumbuh di daerah Siyono B dengan tanah Karst. 

Anik membenarkan untuk mengembangkan pertanian dan perkebunan di kawasan tersebut tidaklah mudah, mengingat adanya keterbatasan air. Dikatakannya, masyarakat mengandalkan sumber air dari PDAM dan air hujan. 

“Memang masyarakat sudah berupaya keras untuk melakukan penghijauan dengan tanaman beringin, klumpit, randu alas, bulu, dan pule dengan harapan ke depan dapat memunculkan sumber-sumber air,” terangnya. 

Penghijauan itu dilakukan di Dusun Siyono, Dagang Mati, Petir, dan Ngurak-Urak.

 

Melihat kondisi itu, ujarnya, ke depan akan ditanam pula pohon-pohon yang khas di kawasan karst yang diharapkan akan mendukung ketahanan air di kalangan masyarakat.

Sementara untuk meningkatkan pendapatan warga dengan melihat potensi kawasan, masyarakat akan diajak untuk bisa membuat inovasi produk olahan turunan agrarian. 

“Kami akan bantu warga agar dapat meningkatkan serta mengembangkan produksi mocaf dan brownies mocaf. Karena produksi singkong cukup melimpah,” katanya. Anik menambahkan, brownies mocaf akan dikembangkan agar menjadi produk khas dari kawasan tersebut. (AU/E-1)

[OTOMOTIFKU]