
SETO Mulyadi atau yang sudah dikenal dengan nama Kak Seto merasa kecewa dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) karena banyaknya kasus keracunan yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia.
Menurut Psikologi berusia 74 tahun itu, anak-anak sudah frustasi dengan banyaknya kejadian keracunan MBG ini. Bahkan, bisa berdampak pada psikologis anak.
“Iya, beberapa terus terang saya dapat laporan, jadi ini anak-anak justru sudah frustrasi, kemudian menganggap itu sebagai sesuatu yang ditolak, akhirnya beberapa anak membuang makanan tersebut, dan sebagainya,” ujarnya kepada Media Indonesia dengan nada kecewa, Jumat (26/9).
Ia khawatir jika program MBG ini menjadi kontra produktif dari tujuan awalnya. Tujuan awalnya untuk memberikan gizi yang cukup untuk anak, namun saat ini banyak terjadi kasus keracunan MBG di berbagai sekolah.
Bahkan, Kak Seto juga khawatir kalau program MBG ini berpotensi menjadi penyimpangan dan korupsi berskala nasional. Ia menyebut adanya masukan mengenai praktik curang seperti penggantian bahan makanan.
“Ini betul-betul menyangkut hak tumbuh dan berkembang anak, akhirnya malah jadi mungkin anak frustrasi atau keracunan jangka panjang, akhirnya jadi bukan meningkatkan kecerdasan, tapi merusak kecerdasan anak,” tambahnya.
Program MBG ini, kata Kak Seto jangan sampai benar-benar mendapat image buruk di mata masyarakat. Maka dari itu, ia menyarankan agar cara penyajian dan kebersihannya bisa lebih dikontrol dengan baik.
Menurutnya, program MBG ini bisa diteruskan dan diberikan jika ada jaminan keamanan dan kelancaran.
“Ibaratnya jangan sampai ada kata-kata, buat anak kok coba-coba, gitu lho, sehingga betul-betul merupakan makan bergizi gratis, bukan sampai ada yang makan beracun gratis, jika sampai begitu kan bahaya sekali,” tegasnya.
Dengan maraknya kasus keracunan MBG, menurut Psikolog Anak lulusan Universitas Indonesia ini bisa saja terjadi karena kesengajaan atau kelalaian dalam prosesnya. Sehingga, banyak anak yang menjadi keracunan setelah menyantap MBG.
Mungkin, dalam penyajiannya kata Kak Seto, MBG dikemas jauh dari waktu saat diberikan ke anak-anak sekolah. Sehingga, saat disantap kualitas dan rasanya sudah jauh berbeda.
“Misalnya terlalu malam hari, lalu disajikannya baru besoknya, tapi siang hari mungkin sudah basi. Mungkin juga karena dalam keadaan panas sudah ditutup, akhirnya justru menimbulkan hal-hal yang negatif pada kualitas makanan,” pungkasnya. (Z-4)
[OTOMOTIFKU]