Ballon dOr untuk Dembele

Ballon d’Or untuk Dembele
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

THÉÂTRE du Châtelet menjadi bukti ketajaman Xavi Hernandez dalam melihat potensi seorang pemain sepak bola. Saat ditunjuk menjadi pelatih Barcelona, ia meminta satu syarat, yakni Barca harus mempertahankan Ousmane Dembele di dalam tim.

Xavi yang merupakan salah satu generasi emas Barcelona, tahu mana pemain yang memiliki bakat besar dan berpotensi menjadi bintang. Saat banyak orang melihat Dembele sebagai pemain yang malas dan tidak disiplin, Xavi melihat hal lain dari pemain asal Prancis itu. Sayang manajemen Barcelona tidak sabar untuk mendapatkan kembali kejayaan mereka. Xavi tidak lama berada di Catalan. Tidak mengherankan apabila Dembele pun kehilangan tempat di Barca.

Paris Saint Germain menangkap ketajaman Xavi. Mereka memboyong Dembele ke Paris. Kebetulan pemilik PSG Nasser Al-Khelaifi menunjuk mantan juru taktik Barca, Luis Enrique, sebagai pelatih. Dembele pun berkembang secara maksimal. Ia memperlihatkan sosok seperti yang dibayangkan Xavi dulu, seorang penyerang dengan teknik bola yang tinggi dan mematikan.

Enrique memercayakan Dembele sebagai pemain nomor ‘9’. Bukan hanya ujung tombak yang hanya menunggu bola matang, Dembele juga aktif bergerak menjemput bola dan bekerja sama dengan rekan-rekan lainnya untuk menciptakan peluang agar bisa tercipta gol kemenangan.

Musim 2024-2025 seakan menjadi tahunnya Dembele dan PSG. Di saat PSG ditinggal semua pemain bintang, Lionel Messi, Neymar Jr, dan Kilyan Mbappe, justru mereka mampu menggoreskan tinta emas dengan merebut Piala Champions untuk pertama kalinya.

Kesuksesan itu semakin lengkap ketika Senin (22/9) lalu Dembele ditetapkan sebagai pemain terbaik dunia. Keberhasilan membawa PSG memenangi Liga Champions membuat Dembele mampu mengungguli bintang muda Spanyol, Lamine Yamal.

“Saya berterima kasih kepada pelatih Luis Enrique yang memacu saya dan menantang saya untuk berani bermain sebagai seorang ujung tombak,” kata Dembele saat menerima Ballon d’Or.

Dembele menjadi pemain Prancis keenam yang menerima penghargaan tertinggi pemain sepak bola. Ia mampu menyejajarkan diri dengan Raymond Kopa, Michel Platini, Jean-Pierre Papin, Zinedine Zidane, dan Karim Benzema sebagai pemain terbaik dunia.

“Semoga dengan penghargaan yang saya terima ini, akan semakin banyak lagi pemain Prancis yang menerimanya,” tambah Dembele.

 

PERSAINGAN BERLANJUT 

Sabtu malam ini ada pertandingan yang menarik di Liga Primer. Dua tim yang belum terkalahkan di musim ini, Crystal Palace dan Liverpool, akan bertemu di Selhurst Park.

Palace menjadi fenomena yang menarik, karena tanpa pemain bintang, tim asuhan Oliver Glasner itu musim lalu berhasil merebut Piala FA dengan mengalahkan Manchester City di final. Cerita dongeng tersebut ternyata berlanjut ketika mereka memenangi Community Shield dengan mengalahkan juara Liga Primer, Liverpool, melalui drama adu tendangan penalti.

Liverpool yang belum kehilangan satu poin pun di musim ini tentu berambisi untuk membalas kekalahan di Community Shield. Namun, Palace sudah membuktikan diri bukan tim yang mudah dikalahkan. Terbukti 12 pertandingan terakhir tidak pernah bisa ditaklukkan siapa pun.

Glasner mampu mengubah Palace sebagai tim dengan sistem pertahanan terbaik di Inggris sekarang ini. Bahkan berbeda dengan pendekatan Josep Guardiola yang cenderung bertahan ortodok melalui parkir bus, pertahanan gerendel Palace diterapkan secara dinamis.

Palace tidak bertahan dalam arti tidak keluar menyerang. Dengan Ismaila Sarr yang siap untuk bermain dan Jean-Phillipe Mateta yang sulit ditahan, Palace menjadi ancaman yang menakutkan.

Kepergian Eberechi Eze ke Arsenal tidak membuat Palace kehilangan ketajaman. Glasner masih memiliki penyerang asal Arsenal Eddie Nketiah atau pemain asal Jepang Daichi Kamada.

Namun, kunci yang paling membuat Palace sulit dikalahkan ialah solidnya barisan belakang. Marc Guehi semakin menunjukkan kualitas sebagai seorang komandan. Tidak mengherankan apabila pelatih Inggris Thomas Tuechel mengandalkannya sebagai pilar pertahanan the Three Lions.

Alexander Isak yang diandalkan pelatih Arne Slot sebagai ujung tombak bakal benar-benar diuji ketajamannya. Sejauh ini hanya Arsenal yang bisa menyamai Palace, yakni baru dua kali kebobolan gawangnya dari lima pertandingan pertama. Liverpool sendiri sudah kebobolan lima kali.

Di lapangan tengah menarik melihat pertarungan antara Ryan Gravenberch dan Adam Wharton. Bersama Will Hughes, Wharton tidak kalah dari Gravenberch untuk menjadi jangkar bagi timnya.

Florian Wirtz harus lebih cepat beradaptasi agar lebih nyata perannya mengangkat permainan Liverpool. Malam ini peran playmaker asal Jerman itu sangat dibutuhkan, apalagi kondisi fisik Alexis MacAllister yang belum prima seperti musim lalu.

Liverpool harus berani terus menekan dan tidak memberi kesempatan kepada Palace untuk mencari momen. Konsistensi permainan Wirtz yang dibutuhkan agar performa ‘Tim Merah’ bisa lebih stabil.

Slot juga harus memperbaiki soliditas barisan pertahanan Liverpool. Ketergantungan kepada Virgil van Dijk terlalu tinggi karena ia seorang kapten kesebelasan. Namun, center-back itu sudah lamban dan sering terlambat dalam memotong bola.

Duetnya, Ibrahima Konate, setali tiga uang. Center-back asal Prancis ini sering ceroboh sehingga tidak mampu menutupi kelemahan Van Dijk. Akibatnya sang kapten yang harus lebih sering menutup kelemahan Konate.

Kekalahan Liverpool dari Crystal Palace pada laga Community Shield memberi pelajaran bahwa kesalahan sedikit saja bisa berakibat fatal. Apalagi kini Palace akan tampil di depan pendukungnya yang tidak kalah fanatik jika dibandingkan dengan the Kop.

[OTOMOTIFKU]