
PUSARAN pembentukan bintang dekat pusat galaksi kita berhasil diungkap dalam dua panjang gelombang berbeda oleh Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST). Gambar-gambar indah yang dihasilkan menyoroti intensitas kelahiran bintang di kawasan tersebut sekaligus memperdalam misteri mengapa pembentukan bintang tepat di jantung galaksi berlangsung begitu lambat.
Sagittarius B2 adalah awan padat gas molekuler yang terletak sekitar 390 tahun cahaya dari lubang hitam Sagittarius A* di pusat Bima Sakti. Dengan ukuran sekitar 150 tahun cahaya dan berisi cukup gas untuk membentuk 3 juta bintang seukuran matahari. B2 adalah wilayah pembentuk bintang terbesar, terpadat, sekaligus paling aktif di galaksi kita.
Namun, B2 bertolak belakang dengan kondisi pusat galaksi lainnya. Meski ukurannya masif, B2 hanya menyimpan 10% dari total gas molekuler di pusat galaksi, bahan utama pembentuk bintang. Uniknya, dari jumlah gas yang relatif kecil itu, B2 justru menghasilkan separuh bintang yang ada di pusat galaksi. Inilah misteri yang belum terjawab. Mengapa B2 bisa begitu produktif sementara bagian lain di pusat galaksi cenderung lambat dalam melahirkan bintang.
Hambatan Pembentukan Bintang
Itulah mengapa pengamatan baru JWST penting untuk memahami faktor apa yang mendorong dan apa yang justru menghambat pembentukan bintang di pusat galaksi.
“Instrumen inframerah Webb yang sangat kuat memberi detail yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Hal ini akan membantu kita memahami misteri yang masih sulit dijelaskan seputar pembentukan bintang masif, serta alasan mengapa Sagittarius B2 jauh lebih aktif dibanding wilayah pusat galaksi lainnya,” kata Adam Ginsburg, rekan penulis studi dari University of Florida.
Salah satu teori menyebut medan magnet kompleks yang melingkupi pusat galaksi dan awan-awan molekul seperti B2 mungkin berperan penting. Namun, bagaimana dan mengapa hal itu terjadi masih perlu diteliti lebih lanjut.
Inframerah
JWST mampu menyingkap inti pembentukan bintang di B2 berkat kemampuan inframerahnya yang mampu menembus debu kosmik. Dua citra ditampilkan: satu dari Near Infrared Camera (NIRCam) yang menangkap panjang gelombang inframerah lebih pendek dan satu lagi dari Mid-Infrared Instrument (MIRI) pada panjang gelombang lebih panjang.
Dalam gambar NIRCam, terlihat banyak bintang di B2 di tengah kabut nebula. Di area tergelap, debu kosmik terlalu tebal sehingga cahaya tidak bisa menembus.
Sementara itu, citra MIRI berhasil menembus debu tebal. Hasilnya, hampir semua bintang redup dan hilang dari pandangan karena tidak memancarkan cahaya kuat di panjang gelombang inframerah panjang. Sebaliknya, nebula di seluruh wilayah tampak menyala, memperlihatkan skala nyata proses kelahiran bintang. Awan-awan terang itu dipancarkan oleh cahaya bintang muda yang masif dan masih terus bertumbuh.
Sejarah Pembentukan Bintang
Tujuan pengamatan JWST ini adalah untuk memahami sejarah pembentukan bintang di B2. Apakah sudah berlangsung jutaan tahun dengan banyak generasi bintang, atau justru baru saja dimulai? Jawaban ini akan membantu menempatkan B2 dalam konteks lebih luas, sekaligus memberi petunjuk mengapa pusat galaksi kita cenderung menahan laju kelahiran bintang.
Para astronom percaya intensitas pembentukan bintang di B2 mirip dengan kondisi di awal alam semesta, ketika bintang-bintang pertama lahir dalam aktivitas sangat cepat dan padat. Dengan memahami apa yang mengatur pembentukan bintang di pusat galaksi, kita bisa belajar tentang bagaimana bintang terbentuk setelah peristiwa Big Bang. (Space/Z-2)
[OTOMOTIFKU]