
PERUBAHAN iklim membuat suhu global terus meningkat. Panas ekstrem juga menjadi ancaman kesehatan yang semakin besar. Tubuh manusia memang tangguh, tapi tetap memiliki batas. Sebenarnya berapa suhu tertinggi yang bisa ditahan manusia?
Menurut studi di Science Advances (2020), batasnya adalah wet-bulb temperature 35°C (95°F). Wet-bulb berbeda dari suhu udara biasa, karena mengukur gabungan panas dan kelembapan. Pada kelembapan tinggi, keringat sulit menguap sehingga tubuh tidak bisa mendinginkan diri.
Contohnya, saat suhu udara 46°C dengan kelembapan 30%, wet-bulb hanya sekitar 30,5°C. Jika suhunya 39°C dengan kelembapan 77%, wet-bulb bisa mencapai 35°C, zona berbahaya bagi manusia. Pada titik ini, tubuh tak lagi mampu mengatur panas internalnya.
Suhu tubuh bisa melonjak di atas 40°C, menyebabkan heat stroke. Gejalanya seperti denyut nadi cepat, kebingungan, pingsan, hingga koma. Meski begitu, suhu 35°C wet-bulb tidak langsung mematikan. Diperkirakan butuh sekitar tiga jam untuk benar-benar fatal, para ahli menilai ambang batas berkisar antara 34°C-36,5°C.
Lokasi
Sejumlah lokasi sudah pernah menyentuh wet-bulb 35°C, meski sebentar. Kota Jacobabad di Pakistan salah satu kota terpanas di dunia, sudah tercatat setidaknya empat kali. Suhu berbahaya ini juga pernah tercatat di Meksiko, Australia, dan Uni Emirat Arab.
Dalam 30-50 tahun ke depan, kawasan berisiko meliputi Meksiko barat laut, India utara, Asia Tenggara, dan Afrika Barat. Bahkan, jika emisi gas rumah kaca berhenti hari ini, suhu global tetap akan meningkat. Sehingga wilayah-wilayah tersebut hampir pasti menghadapi masalah ini.
Menurut Pope Moseley dari Arizona State University, ambang 35°C wet-bulb sebenarnya meremehkan bahaya panas. Banyak faktor lain membuat orang bisa kolaps pada suhu lebih rendah, usia, kebugaran, kondisi medis, hingga obat-obatan tertentu.
Orang tua, penderita penyakit jantung, ginjal, obesitas, atau gangguan hormonal lebih rentan. Begitu juga pasien dengan penyakit mental yang kesulitan mengenali tanda stres panas. Aktivitas fisik atau paparan sinar matahari langsung juga bisa mempercepat kelelahan panas.
Panas Perparah Penyakit
Panas ekstrem seringkali memperparah penyakit lain. Mulai dari hipertensi, gagal ginjal, diabetes, asma, hingga demensia. Karena itu, Moseley menyebut panas sebagai “pengganda penyakit”, sebab membuat berbagai kondisi medis semakin buruk.
Meski tubuh manusia bisa bertahan pada suhu tertentu. Kenyataannya banyak orang akan menghadapi risiko serius bahkan sebelum mencapai ambang batas 35°C wet-bulb. Dengan frekuensi gelombang panas yang kian meningkat akibat perubahan iklim. Tantangan ini akan semakin nyata bagi banyak wilayah di dunia. (Live Science/Z-2)
[OTOMOTIFKU]