
DI Australia, hidup anggrek paling langka di dunia, Rhizanthella gardneri, atau dengan anggrek bawah tanah. Tidak seperti kebanyakan tumbuhan, anggrek ini berbunga bahkan berbiji di bawah tanah, diserbuki rayap. Namun, spesies ini menghadapi ancaman kepunahan akibat hilangnya habitat dan perubahan iklim.
Kecintaan pada anggrek bawah tanah ini sudah dirasakan sejak kecil Kingsley Dixon. Yang kini menjadi profesor botani di University of Western Australia. Ia pertama kali melihat spesimen hidup pada 1982, sebuah momen “Eureka” yang membekas sepanjang hidupnya.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, Dixon menyaksikan sendiri populasi anggrek ini merosot drastis. Dari ratusan menjadi hanya segelintir, bahkan kadang tak ditemukan sama sekali.
Keunikan Rhizanthella terletak pada hubungan tiga pihak yang kompleks. Ia bergantung pada semak Melaleuca uncinata dan jamur mikoriza berfilamen putih. Guna menyalurkan nutrisi dari semak ke anggrek.
Ketergantungan ganda ini membuat anggrek bawah tanah sangat rentan. Bila semak atau jamur terganggu, anggrek tak dapat bertahan hidup.
Habitat
Penelitian ekologi menunjukkan, meski banyak anggrek Australia mampu bertahan menghadapi panas ekstrem. Mereka rentan terhadap kebakaran hutan yang kian sering terjadi akibat perubahan iklim. Kebakaran dapat merusak jamur dan semak penopang Rhizanthella. Membuat sulit muncul kembali dari masa dorman.
Penelitian juga menunjukkan kebakaran terkontrol yang dilakukan manusia bisa berdampak buruk saat anggrek berbunga. Hilangnya habitat semakin memperparah keadaan. Biasanya tanaman dapat bermigrasi ke wilayah lebih sejuk.
Sedangkan anggrek bawah tanah tidak punya tempat untuk itu. Lahannya telah berubah menjadi permukiman, jalan raya, atau lahan pertanian. Untuk menyelamatkan spesies ini, Dixon dan para peneliti lain berupaya meningkatkan kesadaran publik. Hal ini dilakukan lewat pameran di Chelsea Flower Show 2025.
Di sisi lain, Dixon kembali mencoba menumbuhkan anggrek bawah tanah di laboratorium. Dilakukan dengan menanam semak Melaleuca dalam pot, menghidupkan kembali jamur dari penyimpanan. Kemudian menggabungkannya dengan biji anggrek.
Upaya serupa pernah berhasil di tahun 1990-an, namun gagal bertahan karena kelalaian perawatan. Kini, Dixon yakin percobaan keduanya dapat menjadi cadangan terakhir jika populasi liar benar-benar lenyap.Bagi Dixon, perjalanan panjang ini lebih dari sekadar penelitian ilmiah. Sejak kecil ia telah jatuh cinta pada anggrek bawah tanah. (BBC/Z-2)
[OTOMOTIFKU]