
DATA Kementerian Kesehatan RI dan Global Cancer Observatory (Globocan) menunjukkan tren mengkhawatirkan terkait kanker. Pada 2022,tercatat 408.661 kasus baru kanker dengan 242.099 kematian di Indonesia.
Diproyeksikan terjadi peningkatan 63% kasus baru pada periode 2025–2040 bila tidak ada intervensi signifikan. Kemenkes juga memperkirakan jumlah kasus akan meningkat lebih dari 70% pada 2050 tanpa penguatan pencegahan dan deteksi dini.
“Rencana Kanker Nasional 2024–2034 menunjukkan komitmen dan Langkah strategis pemerintah dalam menghadapi tantangan pengendalian kanker. Pendekatan yang diusung mencakup promotif, preventif, kuratif, hingga paliatif, serta menekankan integrasi riset dan tata kelola sistem kesehatan. Hal ini sejalan dengan rekomendasi WHO, sekaligus menegaskan semakin kuatnya political will dalam menanggulangi salah satu penyakit katastropik ini,” ujar Ketua Perhimpunan Hematologi dan Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN) Cabang Jakarta, dr. Ronald Alexander Hukom, SpPD, K-HOM, pada kegiatan The Role of Internist in Cancer Management (ROICAM) 12, di Jakarta, Sabtu (27/9).
Namun, lanjutnya, tantangan besar masih muncul, terutama terkait kesenjangan implementasi di berbagai daerah. Persoalan tersebut meliputi keterlambatan diagnosis akibat fasilitas pelayanan dan akses yang belum merata yang menyebabkan tingginya penemuan kanker stadium lanjut pada tahap awal diagnosis. Hal lni diperberat lagi oleh kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini kanker.
Kendala lainnya adalah pembiayaan kanker yang tergolong berbiaya besar dan belum semua lini terapi dapat ditanggung oleh skema pembayaran yang ada saat ini. Belum lagi jumlah dan distribusi tenaga kesehatan yang bergerak di bidang onkologi seperti Konsultan Hematologi Onkologi Medik (KHOM) masih terbatas pada 188 dokter per September 2025, dengan prediksi penambahan 150–250 orang dalam 5 tahun ke depan. Berbagai kendala ini berpotensi memperlebar jarak antara strategi dan realisasi di lapangan.
Stragegi Pengembangan Pelayanan Kanker
“Oleh karena itu, salah satu strateginya adalah dengan memperluas penyediaan dokter-dokter spesialis penyakit dalam yang tertarik di bidang onkologi (Internist Fellowship of Oncology, IFO) agar pelayanan onkologi dapat lebih menjangkau sampai perifer,” kata Prof. dr. Nuzirwan Acang, Sp.PD-KHOM, pada kesempatan sama.
Ia menambahkan, dokter penyakit dalam dan konsultan hematologi–onkologi medik (KHOM) nantinya berperan sebagai:
- Penjaga pintu diagnosis awal,
- Menjadi bagian penting dari tim multidisiplin (MDT) dalam tatalaksana kanker,
- Pendidik pasien dan masyarakat,
- Agen perubahan dalam riset dan pendidikan kedokteran.
“Mereka diharapkan mampu menjadi jembatan antara inovasi medis dengan realitas lapangan, sekaligus penghubung kebijakan dengan kebutuhan klinis nyata,” imbuhnya.
Peran Teknologi dalam Penanganan Kanker
Kemajuan teknologi yang luar biasa saat ini menghadirkan peluang besar menuju personalized oncology. Aplikasi artificial intelligence (AI) pada berbagai sektor pelayanan onkologi mulai dari diagnostik sampai terapi, investasi pada radioterapi canggih, nano- imunoterapi, hingga genomik klinis mengarahkan Indonesia ke era precision oncology.
Namun, distribusi teknologi yang masih terpusat di kota besar tanpa dukungan SDM dan infrastruktur yang memadai dapat memperbesar kesenjangan pelayanan.
“Kolaborasi dan sinergisitas antara tenaga kesehatan yang bergerak di bidang onkologi dengan stakeholders memegang peranan penting. Penanganan kanker memerlukan keterlibatan menyeluruh: mulai dari masyarakat, pemerintah, tenaga kesehatan, akademisi, sampai dengan sektor swasta dengan hadirnya berbagai cancer center di Indonesia,” ucap Prof. Dr. dr. Arry Harryanto Reksodiputro, SpPD, K-HOM, Dewan Penasihat PERHOMPEDIN.
ROICAM sebagai Jembatan Kolaborasi
Oleh karena itu, ROICAM tahun ini mengusung tema: “Embracing the Future: Synergy among Healthcare Professionals and Stakeholders in Cancer Management.”
Inovasi yang dihadirkan meliputi: sesi khusus rumah sakit pemerintah & swasta untuk menjalin kolaborasi dan pemaparan terhadap fasilitas pelayanan kanker (cancer center), hadirnya pembicara dengan berbagai latar belakang keilmuan sebagai bentuk penerapan multidisiplin tim dalam asuhan pasien kanker, penerapan AI dalam pelayanan onkologi, sampai dengan pelatihan (workshop) terkait manajemen kanker dengan tema-tema yang lebih spesifik.
“Kolaborasi dengan berbagai pusat-pusat pelayanan kanker (cancer center) baik pemerintah maupun swasta juga diharapkan berdampak pada meningkatnya kepercayaan public pada fasilitas dan pelayanan di dalam negeri yang ternyata tidak kalah dengan negara-negara maju,” kata dr. Eka Widya Khorinal, Sp. PD, K-HOM, Ketua Pelaksana ROICAM 12. (Z-1)
[OTOMOTIFKU]