
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato keras dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) di New York, berupaya membenarkan operasi militernya di Jalur Gaza sekaligus mengecam sekutu Barat yang mulai menunjukkan jarak atas perang yang telah berlangsung hampir dua tahun tersebut.
Berbicara di hadapan forum dunia yang kursinya tampak kosong akibat aksi walkout sejumlah delegasi, Netanyahu menyebut pengakuan negara-negara Barat terhadap negara Palestina sebagai keputusan memalukan.
“Itu akan menjadi aib bagi kalian semua,” katanya seperti dikutip Al Jazeera, Minggu (28/9).
“Keputusan Anda yang memalukan akan mendorong terorisme terhadap orang Yahudi, dan terhadap orang-orang tak bersalah di mana pun,” sebutnya.
Netanyahu, yang kini menghadapi surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan perang di Gaza, terlihat makin terisolasi secara diplomatik.
Aksi Protes di Dalam dan Luar Ruangan
Tak hanya walkout di ruang sidang, ribuan demonstran memenuhi jalanan New York menolak kehadiran Netanyahu.
“Dia tidak diterima di New York City,” ujar seorang perwakilan Gerakan Pemuda Palestina kepada Al Jazeera.
“Sungguh tidak masuk akal bahwa pejabat terpilih di AS, New York City, dan secara nasional menggelar karpet merah untuknya,” tambahnya.
Pesan kepada Hamas, Menyerah atau Mati
Dalam pidatonya, Netanyahu menegaskan tekad Israel untuk melanjutkan operasi militernya di Gaza, merujuk pada serangan yang dipimpin Hamas pada Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.139 orang.
“Para pemimpin Barat mungkin telah menyerah di bawah tekanan,” katanya.
“Dan saya jamin satu hal, Israel tidak akan menyerah,” jelasnya.
Pidato tersebut disebut disiarkan melalui pengeras suara di Gaza. Netanyahu mengirim pesan langsung kepada para tawanan Israel.
“Kami tidak melupakan kalian, sedetik pun tidak,” ujarnya.
“Rakyat Israel bersama kalian. Kami tidak akan goyah, dan kami tidak akan beristirahat sampai kami membawa kalian semua pulang,” paparnya.
Dia juga mengklaim bahwa pimpinan Hamas mendengar pesannya melalui ponsel mereka, sembari mengeluarkan ultimatum agar mereka menyerah atau mati.
Sejumlah pengamat menilai penolakannya terhadap gencatan senjata justru menghambat pembebasan para tawanan, bahkan sebagian politisi Israel menuduh dirinya memperpanjang perang demi kepentingan politik.
Penyangkalan Genosida dan Tuduhan Balik
Netanyahu menolak tuduhan genosida yang telah disuarakan berbagai penyelidikan internasional.
Sambil menunjukkan peta bertajuk kutukan, ia menyebut Israel tengah menghadapi perang tujuh front melawan Gaza, Yaman, Iran, Suriah, Libanon dan milisi Irak.
“Anda tahu jauh di lubuk hati bahwa Israel sedang memperjuangkan tujuan Anda,” kata Netanyahu kepada para pemimpin Barat.
Dia juga mengklaim bahwa sejumlah pemimpin dunia menyampaikan dukungan secara tertutup, meskipun tidak menyebut Amerika Serikat yang tetap menjadi pendukung militernya yang paling setia.
Delegasi AS yang hadir terlihat bertepuk tangan sepanjang pidatonya.
Netanyahu membantah tuduhan bahwa Israel sengaja menciptakan kelaparan di Gaza, menyalahkan Hamas atas dugaan pencurian bantuan kemanusiaan. Namun laporan internal USAID pada Juni lalu menyatakan tidak menemukan bukti penjarahan sistematis oleh Hamas.
Gelombang Kritik dari Dalam dan Luar Israel
Pidato Netanyahu menuai kritik keras di negaranya sendiri. Pemimpin oposisi Yair Lapid menyebut pidato tersebut sebagai Pidato yang lelah dan merengek penuh dengan gimmick yang basi.
Menurut Lapid, Netanyahu gagal menawarkan rencana nyata untuk membebaskan tawanan Israel di Gaza.
Pemerintah Gaza juga mengecam pidato tersebut, menyatakan Netanyahu menyebarkan delapan kebohongan besar untuk membenarkan kejahatan perang dan genosida. (Al Jazeera/I-3)
[OTOMOTIFKU]