Dana Jumbo Masuk, Rupiah Menguat

Dana Jumbo Masuk, Rupiah Menguat
Ilustrasi(Dok Freepik)

NILAI tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada awal perdagangan Senin (29/9). Kurs berada di Rp16.700 per dolar AS kala pembukaan perdagangan pasar spot.

Rupiah terapresiasi 0,24% dari penutupan akhir pekan lalu. Bahkan, seiring berlangsungnya perdagangan, hingga pukul 15.00 WIB, rupiah menguat 0,27% ke Rp16.684 per dolar AS.

Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto melihat, penguatan rupiah tersebut tak lepas dari adanya inflow dana asing ke instrumen keuangan domestik.

“Saya lihat ada inflow di pasar keuangan setelah perkembangan mengenai fiskal, ternyata sudah ada yang clear, terutama terkait dengan kebijakan untuk deposito 4% valas, itu kelihatannya sudah clear,” ucap Myrdal, Senin.

Myrdal menambahkan, penguatan rupiah juga didukung oleh imbal hasil yang menarik dan surplus neraca dagang pada September 2025.

Terkait rencana kenaikan suku bunga deposito valas oleh Himbara sebesar 4% yang semula disebutkan akan berlaku pada November 2025 pun saat ini Bank Himbara, yakni Bank BRI, Mandiri, BNI, dan BTN diarahkan untuk tak lagi mencantumkan rencana kenaikan suku bunga tersebut di situs resmi masing-masing.

Rencana kenaikan suku bunga deposito dolar yang besar kemungkinan ditunda atau bahkan batal tersebut, berbarengan dari kebijakan pemerintah yang berupaya menarik valas dari luar negeri untuk masuk ke Indonesia.

Namun, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, kebijakan tersebut belum selesai, karena masih menghitung risiko yang akan terjadi. Purbaya meyakini investor akan melihat berbagai kebijakan Kementerian Keuangan yang dikeluarkan akhir-akhir ini akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat berdampak positif terhadap rupiah.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, bank sentral menggunakan seluruh instrumen yang ada, termasuk di pasar domestik melalui instrumen spot, domestic nondeliverable forward (DNDF), dan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder. Selain itu, BI juga melakukan intervensi di pasar luar negeri di Asia, Eropa, dan Amerika secara berkelanjutan melalui intervensi nondeliverable forward (NDF). (E-4)

[OTOMOTIFKU]