
PERGURUAN tinggi perlu berperan memperkuat perekonomian masyarakat sekitar dengan meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam mengelola usaha secara berkelanjutan.
Hal itu dilakukan PPM School of Management yang menggelar pengabdian kepada masyarakat (PkM) melalui pelatihan keuangan bagi kelompok tani Desa Cibodas, Bogor, Jawa Barat.
Pelatihan yang dipandu dosen PPM School of Management sekaligus Tim Penerima Hibah PKM Dikti PPM School 2025 Andrey H Pulungan bersama dua mahasiswa yakni Erick dan Davens ini diikuti enam anggota kelompok tani.Andrey H Pulungan mengatakan program sebagai bagian kegiatan hibah PkM yang didanai Kemendiktisainstek Tahun 2025 ini bertujuan meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat melalui budidaya magot dan pengelolaan keuangan yang lebih baik.
Ia mengatakan sesi pelatihan diarahkan pada tiga dampak bagi kelompok tani Desa Cibodas yaitu wawasan baru dalam pengelolaan keuangan yakni dari yang belum pernah mencatat, saat ini mulai memahami alur keuangan bisnis.
Kemudian, menumbuhkan optimisme bisnis magot bahwa ada peluang pasar besar meski hasilnya baru terasa dalam 4–5 bulan. Terakhir, sarana pengembangan diri yakni melatih mereka menjadi petani yang juga mampu berpikir sebagai pebisnis.
“Perlu diingat, budidaya magot ini adalah usaha jangka menengah yang memerlukan kesabaran dan konsistensi. Cukup menjanjikan, namun butuh waktu. Hasilnya baru terasa sekitar 4-5 bulan,” jelas Andrey.
Andrey berharap melalui PKM tersebut, pihaknya tidak hanya memberikan keterampilan praktis, tetapi juga bisa membantu menumbuhkan pola pikir kewirausahaan di kalangan petani.
“Program berdampak ini diharapkan dapat memperkuat perekonomian lokal serta meningkatkan kepercayaan diri masyarakat desa untuk mengelola usaha secara berkelanjutan,” terang Andrey.
Ketua Kelompok Tani Yustiawan melihat peluang besar budidaya magot di daerahnya karena di Jawa Barat belum banyak yang membudidayakan magot.
“Padahal, kebutuhannya cukup tinggi, tugas saya sebagai ketua, harus menyebarkan semangat ini kepada anggota lain,” ujarnya.
Dia juga mengaku selain menambah wawasan tentang keuangan, pelatihan ini mengubah cara pandang para petani.
Peserta lain, Hendra, menyampaikan pentingnya melihat budidaya magot sebagai sarana pengembangan diri. “Magot hanyalah sarana. Yang utama adalah bagaimana kita mengembangkan diri dan belajar jadi pebisnis,” ungkapnya. (H-2)
[OTOMOTIFKU]