
HASIL kajian Pusat Studi Kajian Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkapkan potensi besar efisiensi energi dan biaya dalam pengelolaan bandara lewat elektrifikasi. Akan tetapi, tantangan dari sisi mitra mengadang.
Airport Engineering Group Head Injourney Airport, Akbar Putra Mahardika, mengemukakan hanya 28% operasional yang berada dalam pengelolaan pihak bandara. Sisanya, porsi yang lebih besar justru merupakan operasional mitra, terutama kendaraan transportasi penumpang dari dan ke bandara.
“Bandara sudah ada road map-nya (transisi elektrifikasi. Yang belum ada yang lain ini, lebih besar, transportasi darat,” ujar Akbar dalam diskusi hasil kajian Tim Pustral UGM tentang elektrifikasi bandara dan pelabuhan, di Jakarta, Selasa (30/9/2025).
Hasil kajian Pustral UGM menunjukkan langkah mengalihkan operasional bandara dan pelabuhan, khususnya kendaraan, dari berbasis BBM ke elektrik meningkatkan efisiensi energi lebih dari 70%. Nilai penghematan hingga dampak ekonomi dan sosialnya dapat mencapai ratusan miliar rupiah per tahun.
Ketua Tim Kajian dan Tim Ahli Pustral UGM, Dewanti, mengatakan tahapan elektrifikasi di seluruh bandara dan pelabuhan Indonesia diharapkan sudah mencapai 60% pada 2040 dan 100% paling lambat pada 2060.
Arianto Wibowo, Analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, mengatakan peta jalan transisi elektrifikasi bandara dan pelabuhan memerlukan rincian. Kajian tentang ketersediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) misalnya, harus memperhitungkan luasan area SPKLU, bukan hanya jumlahnya.
“Bus dan truk perlu area charging station yang luas. Itu harus dipertimbangkan,” ujar Arianto.
Lebih lanjut, Arianto menekankan Presiden Prabowo Subianto komit melanjutkan pemenuhan target nett zero emission (NZE) pada 2060. Sejumlah insentif pengembangan ekosistem elektrifikasi termasuk industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV) diharapkan akan berlanjut tahun depan.
Dalam menanggapi tentang insentif ekosistem EV, Guru Besar Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM Danang Parikesit, mengusulkan agar insentif termasuk dalam pembiayaan. “Bunga kredit pinjaman 2% untuk perusahaan terkait EV,” ujar Danang.
Danang juga menekankan tentang perlunya baterai EV dibuat seragam lintas produsen untuk memudahkan sistem swap atau pertukaran. Hal itu mengingat pengisian baterai EV masih memakan waktu relatif lama ketimbang kendaraan ber-BBM. (Ndy)
[OTOMOTIFKU]