
ISRAEL menghadapi gelombang boikot dalam dua tahun terakhir akibat agresi militer ke Jalur Gaza, Palestina, yang menewaskan ribuan warga sipil. Namun, hingga saat ini badan sepak bola UEFA maupun FIFA belum mengambil langkah untuk menjatuhkan sanksi atau larangan bagi Israel di ajang internasional.
Situasi ini berbeda dengan Rusia, yang dalam hitungan bulan langsung dikeluarkan dari kompetisi Eropa, baik di level klub maupun tim nasional, setelah invasi ke Ukraina. FIFA pun menyingkirkan Rusia dari ajang resmi menyusul keputusan Komite Olimpiade Internasional.
Perbedaan penanganan tersebut memunculkan wacana agar UEFA dan FIFA memberlakukan aturan serupa terhadap Israel, terlebih dengan meningkatnya protes yang menolak keterlibatan Israel di dunia olahraga.
Jika sanksi benar diberlakukan, dampaknya akan terasa bagi Maccabi Tel-Aviv yang saat ini berkompetisi di Liga Europa. Potensinya, laga yang belum dimainkan akan dibatalkan, sementara hasil pertandingan sebelumnya akan dihitung rata-rata untuk lawan yang sudah dihadapi.
Di ajang Nations League, Israel juga berada satu grup dengan Belgia, Prancis, dan Italia.
Laporan media Spanyol Marca menyebut UEFA belum pernah menggelar rapat darurat untuk membahas kemungkinan larangan tersebut. Meskipun ada petisi yang menuntut tindakan, isu ini sejauh ini hanya sebatas wacana dan tidak masuk dalam agenda resmi.
Di sisi lain, FIFA pun tidak menyinggung rencana sanksi untuk Israel dalam agenda pertemuan terdekat mereka. Faktor politik diduga turut berperan dalam sikap ini.
Hubungan erat Presiden FIFA Gianni Infantino dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump disebut memberi pengaruh mengingat AS merupakan sekutu utama Israel.
Infantino dinilai menjaga kedekatan dengan Trump menjelang Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Bahkan, markas penyelenggaraan Piala Dunia FIFA ditempatkan di Trump Tower, New York, yang memperlihatkan eratnya hubungan kedua pihak. (I-2)
[OTOMOTIFKU]