Ceratosaurus, Si Kadal Bertanduk Terbuas di Periode Jura

Ceratosaurus, Si Kadal Bertanduk Terbuas di Periode Jura
Ilustrasi Ceratosaurus di Natural History Museum of Utah(Brian Switek)

CERATOSAURUS, salah satu predator dari periode Jura, menjadi perhatian para ahli paleontologi karena ciri khas unik sekaligus kisah penemuannya yang penuh perdebatan. Dinosaurus ini dikenal dengan sebutan “kadal bertanduk” karena memiliki tonjolan khas di bagian hidungnya.

Ceratosaurus Berbeda dengan yang Lain

Ceratosaurus bukan dinosaurus biasa. Makhluk itu berbeda dari theropoda karnivora lain pada masanya. Panjang tubuhnya diperkirakan antara 4-6 meter dengan tubuh ramping, ekor panjang, serta kaki kuat yang memudahkannya bergerak cepat dan lincah.

Ciri paling menonjol ada pada tanduk kecil di atas hidung. Tanduk inilah yang menginspirasi nama Ceratosaurus nasicornis, spesies pertama yang ditemukan pada akhir abad ke-19.

Selain itu, fosil menunjukkan adanya deretan sisik keras berbentuk tulang yang membentang dari kepala hingga punggung. Para peneliti menduga sisik tersebut berfungsi sebagai pelindung alami dari predator lain yang lebih besar.

Rahang Ceratosaurus dilengkapi gigi tajam bergerigi yang sangat efektif untuk merobek daging. Bukti fosil juga menunjukkan bahwa selain memangsa dinosaurus pemakan tumbuhan, Ceratosaurus kemungkinan berburu hewan air seperti ikan atau buaya kecil. Hal ini menjadikannya predator yang adaptif dan oportunis.

Perdebatan Penemuan Ceratosaurus

Kerangka pertama Ceratosaurus ditemukan di Dinosaur National Monument, Utah, pada akhir 1800-an. Awalnya, hewan purba ini dianggap hanya terdiri atas satu spesies. Namun, temuan berikutnya menunjukkan variasi bentuk yang cukup signifikan.

Para ilmuwan kemudian mengusulkan adanya spesies lain dalam garis keturunan yang sama, seperti Ceratosaurus magnicornis dan Ceratosaurus dentisulcatus. Menariknya, fosil yang diduga Ceratosaurus juga ditemukan jauh di Portugal, sehingga memperluas dugaan wilayah persebarannya.

Debat mengenai klasifikasinya masih berlangsung hingga kini. Sebagian peneliti mengelompokkannya ke dalam theropoda umum, sementara yang lain menempatkannya pada jalur evolusi tersendiri yang berbeda dari kerabat populer seperti tyrannosaurus. Ahli paleontologi Oliver Rauhut bahkan sempat mengaitkan Ceratosaurus dengan kelompok theropoda bertanduk lain.

Meski begitu, penelitian terbaru menunjukkan bahwa Ceratosaurus kemungkinan memiliki genus unik yang berkembang pada periode Jura akhir, hidup berdampingan dengan predator besar lain seperti Allosaurus.

Predator Serba Bisa

Keistimewaan Ceratosaurus bukan hanya terletak pada fisiknya, tetapi juga cara berburu. Jika kebanyakan predator Jura lebih fokus memburu herbivora besar, Ceratosaurus menunjukkan kemampuan adaptasi dengan memangsa beragam hewan, baik di darat maupun di perairan.

Beberapa penelitian bahkan mengindikasikan bahwa Ceratosaurus berani mengambil risiko besar saat berburu. Gigi bergerigi dan rahang kuatnya membuat ia mampu merobek kulit tebal dinosaurus pemakan tumbuhan, sekaligus tidak segan memanfaatkan bangkai sebagai sumber makanan.

Keberadaan Ceratosaurus membuktikan betapa beragamnya strategi bertahan hidup dinosaurus di era Jura. Hingga kini, para peneliti masih terus mempelajari fosilnya untuk memahami lebih dalam peran “kadal bertanduk” ini dalam rantai ekosistem purba.

Sumber: How Stuff Works

[OTOMOTIFKU]