Asteroid Sasaran Hayabusa2 pada Misi Pendaratan 2031

Asteroid Sasaran Hayabusa2 pada Misi Pendaratan 2031
Ilustrasi(ESO/M)

PENGAMATAN terbaru menunjukkan bahwa asteroid 1998 KY26 ternyata berukuran lebih kecil dan berputar lebih cepat daripada perkiraan sebelumnya. Pada 6 Desember 2020, wahana antariksa Hayabusa2 sukses menurunkan sampel murni dari asteroid Ryugu di gurun pedalaman Australia. 

Keberhasilan tersebut menjadikannya sebagai misi pengembalian sampel asteroid kedua di dunia, setelah pendahulunya, Hayabusa, membawa pulang butiran debu dari asteroid Itokawa pada 2010. Namun, perjalanan Hayabusa2 tidak berhenti di sana.

Saat ini, wahana antariksa milik JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency) sedang melanjutkan misinya menuju target baru, sebuah asteroid kecil bernama 1998 KY26. 

Tujuannya adalah untuk mengumpulkan material tambahan yang dapat membantu para peneliti mengurai sejarah awal terbentuknya tata surya. Namun, berdasarkan hasil pengamatan terbaru, target ini mungkin terlalu sulit untuk dijadikan lokasi pendaratan.

Asteroid 1998 KY26 termasuk objek dekat Bumi yang berbentuk tidak beraturan dan diperkirakan mengandung sekitar satu juta galon air dalam bentuk es. 

Uniknya, asteroid ini memiliki periode rotasi yang sangat cepat. Dalam waktu hanya beberapa menit, ia sudah menyelesaikan satu kali rotasi penuh, sehingga panjang satu hari di sana berlangsung hampir secepat awal harinya.

Awalnya, Hayabusa2 dijadwalkan bertemu dengan asteroid tersebut pada tahun 2031 untuk kembali mencoba misi pengambilan sampel. Namun, hasil observasi baru yang dilakukan dengan bantuan sejumlah teleskop di berbagai belahan dunia mengungkapkan fakta mengejutkan. 

Berdasarkan data terbaru yang dipadukan dengan pengukuran radar lama, asteroid ini ternyata hanya berdiameter sekitar 11 meter (36 kaki). Data ini tiga kali lebih kecil daripada perkiraan sebelumnya yang mencapai 30 meter (98 kaki). Selain itu, kecepatan rotasinya juga sekitar dua kali lebih cepat dari prediksi awal.

“Realitas asteroid ini benar-benar berbeda dari gambaran awal yang kami miliki. Satu hari di asteroid ini hanya berlangsung lima menit,” kata Toni Santana-Ros, peneliti dari Universitas Alicante, Spanyol, sekaligus penulis utama studi yang dipublikasikan di Nature Communications.

Perbedaan ini menjadi tantangan besar bagi misi Hayabusa2. Sebagai perbandingan, target pertamanya, asteroid Ryugu memiliki diameter hampir 900 meter (3.000 kaki), sehingga relatif lebih mudah untuk dijadikan lokasi pendaratan. 

Wahana tersebut berhasil melakukan dua kali pendaratan di Ryugu pada 2019, yang pertama pada 22 Februari. Kemudian yang kedua pada Juli di tahun yang sama, dengan misi mengambil sampel bawah permukaan setelah menciptakan kawah buatan.

Kini, perpanjangan misi yang mengarah ke 1998 KY26 menghadirkan kesulitan tambahan. Ukuran asteroid yang sangat kecil, ditambah dengan rotasinya yang amat cepat, membuat pendaratan langsung menjadi sangat berisiko. 

Untuk memahami lebih jauh karakteristik target ini, tim astronom menggunakan Very Large Telescope (VLT) milik European Southern Observatory (ESO) serta beberapa instrumen lainnya.

“Hasil yang kami temukan sangat mengejutkan, asteroid ini ternyata berukuran hampir setara dengan wahana yang akan mendatanginya. Meski begitu, kami berhasil mempelajari objek sekecil ini menggunakan teleskop dari Bumi. Hal ini membuktikan bahwa teknik kami bisa diaplikasikan juga untuk mempelajari asteroid kecil lainnya di masa depan,” kata Santana-Ros.

Temuan ini diyakini dapat berpengaruh besar terhadap strategi eksplorasi asteroid berikutnya, termasuk kemungkinan pengembangan teknologi untuk penambangan asteroid. 

Dengan semua tantangan dan potensi pengetahuan baru yang bisa diperoleh, pertemuan Hayabusa2 dengan 1998 KY26 diperkirakan akan menjadi salah satu momen paling menarik dalam eksplorasi antariksa. Meskipun masih harus menunggu hingga tahun 2031 untuk menyaksikannya. (gizmodo.com/Z-1)

[OTOMOTIFKU]