Bapperida Klaten Gelar Sarasehan Pengembangan Pariwisata Desa Kebon

Bapperida Klaten Gelar Sarasehan Pengembangan Pariwisata Desa Kebon
Foto bersama peserta sarasehan pengembangan pariwisata di Balai Desa Kebon.(Dok.Bapperida)

BADAN Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menggelar sarasehan pengembangan  pariwisata di Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Klaten.

Sarasehan di Balai Desa Kebon, Jumat (26/9), diikuti mahasiswa Program Studi Doktor Kajian Pariwisata Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dan Disbudporapar Klaten.

Turut hadir di forum sarasehan tersebut, Hendrie Adji Kusworo, Kepala Program Studi Doktor Kajian Pariwisata Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta, dan Bambang Suharto, Guru Besar Unair Surabaya.

Desa Kebon khususnya Bukit Pertapan merupakan bagian dari warisan geologi yang sedang diusulkan menjadi Geopark Klaten. Pun, beberapa situs geologi yang diusulkan terletak di wilayah lainnya di Kecamatan Bayat. 

Kepala Bidang Riset dan Inovasi Daerah Bapperida Klaten, Sri Nuryani, mengatakan maksud dan tujuan diselenggarakan sarasehan adalah untuk evaluasi  pengembangan destinasi wisata di Desa Kebon. 

Warga Desa Kebon pun berharap Bukit Pertapan sebagai obyek wisata dikembangkan lagi agar banyak pengunjung yang datang. Sehingga, dapat berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam sarasehan tersebut, Hendrie Adji Kusworo menyampaikan harapan pemerintah daerah dan masyarakat itu perlu dirumuskan konsep pengembangan pariwisata yang sesuai dengan status Bukit Pertapan.

“Konsep pengembangan destinasi wisata yang diharapkan masyarakat Desa Kebon perlu segera dirumuskan. Karena, Bukit Pertapan di desa  ini sebagai situs warisan geologi dalam kerangka Geopark Klaten,” jelasnya.  

Kolaborasi multipihak dan penciptaan ekosistem belajar bersama, adalah strategi yang tepat untuk pengembangan pariwisata. Dalam kelembagaan, Pokdarwis pun bisa menjadi tempat atau arena belajar bersama.

Sementara, Bambang Suharto menambahkan bahwa Bukit Pertapan bisa dikelola dengan tanpa harus mengubah situasi sosial yang ada di Desa Kebon. Tradisi masyarakat ini justru menjadi daya tarik wisatawan.

“Komitmen semua pihak harus menjadi kekuatan utama dalam pengembangan pariwisata Desa Kebon.  Jadi, jangan hanya sekadar agenda seremonial yang tidak berdampak pada masyarakat,” ujar Adib, Ketua RW Desa Kebon. (E-2)

 

 

[OTOMOTIFKU]