
Bank Indonesia (BI) diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Rabu, 17 September 2025. Ekonom senior sekaligus Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menilai, keputusan ini mencerminkan fokus BI dalam menjaga stabilitas makroekonomi sekaligus mendukung keberlanjutan pertumbuhan.
Ia menilai kondisi ekonomi domestik masih berada di jalur positif, serta dukungan kebijakan fiskal yang agresif dan pro-pertumbuhan. Salah satunya dengan penempatan dana Rp200 triliun ke Bank Himbara.
“Dengan pertimbangan tersebut, BI diperkirakan akan mempertahankan BI Rate di level 5%,” kata Ryan kepada Media Indonesia, Selasa (16/9).
Selain itu, penahanan suku bunga juga bertujuan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, memastikan inflasi tetap dalam target 2,5±1% pada 2025–2026, serta mengantisipasi arah kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) yang berpeluang menahan atau bahkan menurunkan suku bunga acuan (fed fund rate) sebesar 25 basis poin ke level 4,35%.
Ryan menilai, langkah BI menahan suku bunga pada bulan ini sejalan dengan kebijakan sebelumnya yang sudah cukup agresif menurunkan BI Rate. Dengan bertahan di level 5%, BI menunjukkan keseimbangan antara sikap pro-pertumbuhan dan pro-stabilitas.
Ia menambahkan, keputusan ini dapat dianggap sebagai masa jeda (pausing period). Pasalnya, BI Rate sudah turun lima kali sejak September 2024 dengan total 125 basis points (bps).
Ke depan, Ryan memproyeksikan BI masih berpeluang menurunkan suku bunga sekali lagi sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% hingga akhir tahun, apabila data makroekonomi dan moneter domestik tetap kondusif serta faktor eksternal global maupun regional mendukung.
“Kemungkinan BI menurunkan suku bunga acuan satu kali lagi,” pungkasnya. (E-3)
[OTOMOTIFKU]