“EVERYBODY is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will spend its whole life believing that it is stupid.” – anonymous
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Indonesia akan meluncurkan tes kemampuan akademik (TKA) nasional untuk siswa SMA dan SMK mulai November 2025, yang bertujuan menilai kinerja akademik dan mendukung evaluasi sekolah.
Tes ini dilakukan sebagai komitmen pemerintah untuk memperkuat sistem pendidikan demi menghasilkan generasi yang lebih cerdas dan berkualitas, dengan TKA sebagai salah satu inisiatif kunci untuk mencapai tujuan tersebut. Pendidikan yang bermutu membutuhkan inovasi dan evaluasi yang berkelanjutan, bukan sekadar proses rutin, untuk memastikan sistem tersebut menghasilkan siswa yang cakap dan cerdas.
Penting untuk dicatat, tes ini bukan sebagai persyaratan kelulusan, melainkan sebagai alat untuk mengukur sampai sejauh mana tingkat kemampuan akademik siswa. Keputusan kelulusan akan tetap berada di bawah kewenangan tiap-tiap sekolah.
Berkaitan dengan itu, kita patut bertanya apa pentingnya TKA bagi peserta didik dan pendidik itu sendiri, serta apa sasaran sebenarnya yang ingin dicapai dari tes tersebut. Dalam artikel ini, penulis mencoba untuk menjawab kedua pertanyaan substansial tersebut.
PENTINGNYA TKA
TKA adalah ujian yang diusulkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) untuk mengukur kompetensi akademik siswa. TKA bersifat sukarela dan bukan penentu kelulusan, tetapi hasilnya dapat digunakan sebagai rujukan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya, serta penyetaraan antarjalur pendidikan. Pelaksanaan TKA ini telah diatur melalui Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendikdasmen) Nomor 9 Tahun 2025 dan telah diundangkan pada 3 Juni 2025.
Merujuk pada Permendikdasmen, TKA dijadikan oleh Mu’ti sebagai komponen penting dalam proses pendidikan. Sebab, ia dapat berfungsi sebagai alat untuk mengukur pembelajaran siswa, menginformasikan praktik pengajaran, dan memastikan akuntabilitas institusi.
Peraturan tersebut intinya menetapkan TKA sebagai upaya pengukuran capaian akademik peserta didik secara terstandar, objektif, dan inklusif. Bagi para pendidik, TKA berfungsi sebagai alat diagnostik yang penting. Tes ini membantu pendidik mengetahui kemampuan siswa dalam belajar, keterlambatan perkembangan, atau kondisi lain yang dapat menghambat keberhasilan siswa di sekolah. Diagnosis dini melalui penilaian ini memungkinkan intervensi tepat waktu, yang sangat penting untuk meningkatkan hasil jangka panjang.
Keuntungan signifikan lainnya dari tes ini ialah perannya dalam mendorong pemerataan pendidikan. Dengan menstandardisasi proses penilaian, tes ini memastikan bahwa semua siswa, terlepas dari latar belakangnya, dievaluasi secara adil. Hal ini khususnya penting untuk mengidentifikasi siswa yang mungkin memerlukan sumber daya atau dukungan tambahan, seperti mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu atau mereka yang aksesnya terbatas ke perangkat pendidikan.
Dengan begitu, TKA bisa menumbuhkan budaya perbaikan berkelanjutan di dalam institusi pendidikan, memberikan wawasan berharga tentang efektivitas strategi pengajaran dan relevansi kurikulum, sehingga menginformasikan proses pengambilan keputusan di semua tingkatan. Lengkapnya, TKA, dalam hemat saya, menjadi sangat penting karena sejumlah alasan berikut:
Pertama, tes ini dapat memberikan gambaran yang jelas dan objektif tentang kemajuan akademik siswa. Dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa, TKA bisa memberdayakan pendidik dan bahkan orangtua untuk mengembangkan rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik si siswa itu sendiri.
Kedua, evaluasi dari hasil tes dapat memberikan umpan balik yang penting bagi pendidik terkait metode pengajaran mereka. Dengan menganalisis hasil penilaian, pendidik dapat mengidentifikasi bidang mana yang unggul bagi para siswa dan di mana mereka mungkin memerlukan dukungan tambahan. Informasi ini memungkinkan pendidik untuk menyesuaikan praktik pembelajaran agar lebih memenuhi kebutuhan siswa, yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan hasil pembelajaran.
Ketiga, evaluasi dari hasil tes juga bisa membantu memastikan bahwa institusi pendidikan dapat memenuhi mandat dan standar pendidikan mereka. Dengan menetapkan tolok ukur keberhasilan yang jelas, sekolah dapat menunjukkan komitmen terhadap pendidikan berkualitas dan peningkatan yang berkelanjutan.
Keempat, penilaian tes bukan hanya untuk mengukur kemampuan akademik, melainkan juga demi mendukung perkembangan siswa. Sistem evaluasi yang komprehensif dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa sehingga memungkinkan intervensi yang lebih terarah.
MENUJU PRESTASI AKADEMIK
Sangat jelas tergambar bahwa TKA dapat memainkan peran penting dalam mengevaluasi kinerja siswa, mengidentifikasi kebutuhan belajar, dan membentuk strategi pendidikan untuk membantu siswa mencapai potensi penuh mereka di masa sekarang dan ke depannya.
Kenapa demikian? Karena TKA memperlakukan siswa seperti apa yang dikutip di awal tulisan ini: “Everybody is a genius.” Kutipan ini menyoroti gagasan bahwa setiap individu memiliki kekuatan, bakat, dan potensi bawaannya sendiri. Itu artinya, setiap orang memiliki bakat dan potensi yang unik, tetapi menerapkan standar yang salah untuk mengevaluasinya dapat menyebabkan keraguan diri dan meremehkan kemampuan mereka.
Sebagaimana ikan tidak mampu memanjat pohon, seseorang mungkin tidak cocok untuk tugas atau bidang tertentu, dan dinilai hanya berdasarkan satu kemampuan tersebut dapat membuat mereka merasa tidak kompeten, meskipun mereka cerdas di bidang lain. Ikan secara alami cocok untuk berenang, bukan memanjat pohon, dan memaksa untuk melakukannya adalah ukuran kecerdasan yang tidak masuk akal. Ketika seseorang secara konsisten dievaluasi berdasarkan standar yang tidak sesuai dengan kemampuan alaminya, mereka dapat menginternalisasi gagasan bahwa mereka tidak memadai atau tidak cerdas.
Untuk mencegah hal itu tidak terjadi, Mendikdasmen Abdul Mu’ti menjadikan TKA sebagai asesmen standar nasional yang dikeluarkan untuk mengukur capaian akademik siswa, kemudian ditingkatkan kemampuan akademik setiap siswanya berdasarkan catatan hasil TKA, dan bukan untuk ujian kelulusan. TKA lalu dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan seleksi ke jenjang pendidikan selanjutnya seperti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan seleksi lainnya, serta menyetarakan hasil belajar jalur pendidikan, baik formal maupun nonformal.
Itulah sebabnya mengapa TKA difokuskan pada materi tertentu. Untuk jenjang SMA/SMK, mata pelajaran wajib meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika, dengan fokus pada kemampuan membaca dan penalaran, serta materi pilihan seperti Fisika, Kimia, Biologi untuk yang berminat dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), serta Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi untuk yang berminat dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Soal-soal TKA pun diarahkan untuk menguji keterampilan berpikir kritis berbasis higher order thinking skills (HOTS). HOTS adalah keterampilan berpikir yang melibatkan analisis, evaluasi, dan kreasi, bukan sekadar menghafal materi. Kemampuan ini mencakup berpikir kritis, logis, metakognitif, reflektif, kreatif, serta kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara mendalam, yang memungkinkan seseorang menghubungkan dan mengembangkan informasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Dengan begitu, TKA bisa memberikan penilaian yang objektif dan terstandar, menyetarakan hasil belajar antarsatuan pendidikan, serta menjadi pertimbangan penting dalam seleksi masuk jenjang pendidikan lebih tinggi atau masuk ke dalam perguruan tinggi. Hasil TKA akan diberikan dalam bentuk sertifikat hasil TKA (SHTKA) dan dapat digunakan sebagai bukti kemampuan akademik untuk mendukung proses seleksi jalur prestasi.
Untuk menunjangnya, diperlukan peningkatan kinerja profesional guru. Guru perlu diajari metode pengajaran modern sesuai bidang ilmu yang digelutinya (sesuai dengan apa yang juga diminati siswa) agar dapat mengelola proses pendidikan di kelas, sekaligus meningkatkan iklim pendidikan yang membangun dan berkualitas bagi siswa di Indonesia.
Dari sini bisa disimpulkan terkait pertanyaan ‘sebenarnya apa sasaran yang ingin dicapai dari TKA?’, jawabannya ialah apa yang saya sebut sebagai ‘menuju prestasi akademik siswa’, dan dengan adanya guru yang profesional, hal itu bukanlah sesuatu yang sukar untuk dicapai.
[OTOMOTIFKU]