De Javasche Bank Surabaya makin Diminati, Dikunjungi 6.000 Orang Tiap Bulan

De Javasche Bank Surabaya makin Diminati, Dikunjungi 6.000 Orang Tiap Bulan
Petugas memberikan keterangan kepada pengunjung De Javasche Bank (DJB) atau Museum Bank Indonesia Surabaya Jawa Timur, Jumat (26/9/2025).(MI/Palce Amalo)

GEDUNG bersejarah De Javasche Bank (DJB) atau Museum Bank Indonesia Surabaya semakin diminati publik. Rata-rata 6.000 orang setiap bulan memadati bangunan berarsitektur Neo-Renaissance ini.

Angka tersebut meningkat dibanding tahun lalu yang hanya sekitar 4.500 pengunjung per bulan. Artinya, terjadi kenaikan hampir 30% dalam setahun terakhir.

Mayoritas pengunjung datang dari kalangan pelajar dan mahasiswa, namun wisatawan umum dan mancanegara juga semakin banyak. Mereka tak hanya berwisata, tetapi juga belajar langsung sejarah perbankan Indonesia.

Pengelola DJB Surabaya, Risky Jayanto, menyebut tingginya antusiasme pengunjung tak lepas dari nilai sejarah dan koleksi unik yang dimiliki.

“De Javasche Bank adalah cikal bakal Bank Indonesia. Di sini pengunjung bisa menyusuri ruang bawah tanah dengan brankas bersejarah, melihat koleksi uang dari masa kerajaan hingga rupiah, serta mesin-mesin perbankan kuno,” ujarnya kepada wartawan yang mengunjungi destinasi wisata sejarah tersebut, Jumat (26/9).

Menurutnya, gedung DJB memiliki tiga lantai, dibangun pada 1910 sebagai cabang DJB yang didirikan Belanda pada 1829. Gedung sempat dikuasai Jepang pada 1942, kembali ke Belanda pascaperang, hingga akhirnya pada 1953 resmi berubah menjadi Bank Indonesia setelah saham DJB dibeli Pemerintah Indonesia di Amsterdam, Belanda.

Selain menyimpan kisah panjang sejarah perbankan, gedung ini juga menyimpan teknologi canggih pada masanya. Di antaranya pendingin alami (natural air condenser) dan sistem pengawasan berbasis kaca yang berfungsi layaknya CCTV zaman dahulu.

“Ada CCTV jadul,” lanjut Risky menunjuk cermin besar yang diletakkan di lorong yang terhubung ke tempat penyimpanan uang dan emas batangan.

Emas batangan yang ada di museum masing-masing memiliki berat 13,5 kilogram yang diletakkan di dalam kotak kaca, serta uang kuno yang juga diletakkan di dalam kotak kaca.

Barang-barang sejarah tersebut berada dalam ruangan dengan pintu besi seberat 13 ton. Itulah yang membuat pengunjung betah, karena merasakan langsung teknologi kuno yang masih berfungsi sampai saat ini.

Saat ini, DJB Surabaya bukan sekadar museum, melainkan ikon wisata sejarah kota. Gedung ini rutin masuk dalam agenda Surabaya Sightseeing and City Tour, dan bahkan menjadi destinasi favorit penumpang kapal pesiar internasional yang singgah di Kota Pahlawan.

De Javasche Bank berdiri pada 24 Januari 1828 atas perintah Raja Willem I dari Belanda. Bank ini dibentuk untuk memulihkan keuangan pemerintah kolonial setelah runtuhnya VOC. DJB memiliki hak istimewa (octrooi) untuk mencetak dan mengedarkan uang gulden di Hindia Belanda, menjadikannya bank sirkulasi pertama di Asia.

Cabang Surabaya dibuka pada 14 September 1829. Setelah bangunan lama dihancurkan pada 1904, gedung baru bergaya Neo-Renaissance berdiri megah pada 1910 dan hingga kini tetap kokoh sebagai saksi sejarah.

Setelah dinasionalisasi tahun 1951, DJB resmi menjadi Bank Indonesia pada 1 Juli 1953. Pada 27 Januari 2012, gedung ini ditetapkan sebagai cagar budaya. Kini, masyarakat bisa berkunjung ke museum yang berlokasi di Jalan Garuda No. 1, Krembangan, Surabaya, sekitar 6 kilometer dari Alun-Alun Kota Surabaya. Museum buka setiap hari pukul 08.00-16.00 WIB dengan tiket masuk gratis. (PO/E-4) 

[OTOMOTIFKU]