
PROSES produksi “Tumbal Darah” menghadirkan pengalaman yang intens dan menegangkan. Tidak semata bagi para penonton, tapi juga di balik layar saat syuting.
Beberapa adegan ekstrem, mulai dari perkelahian fisik yang keras, ruangan terbakar, hingga adegan dengan tekanan psikologis yang tinggi. Ini semua dieksekusi dengan sangat detail sehingga kesalahan sekecil apapun bisa berdampak panjang.
Seperti saat pengambilan gambar, Yayu seorang produser muda yang tengah hamil dua bulan, sempat ingin meninggalkan lokasi karena tekanan emosional yang begitu kuat. Kejadian ini menegaskan, horor yang dihadirkan dalam film, tidak hanya berasal dari efek visual atau suara. Tetapi juga dari ketegangan psikologis yang nyata, baik bagi pemain maupun kru yang bertugas.
Setiap adegan dijalani dengan latihan dan persiapan matang. Penggunaan prostetik selama berbulan-bulan, latihan fisik, serta improvisasi di lokasi syuting menjadi bagian dari proses kreatif, yang membantu karakter berkembang secara organik.
Improvisasi
Sutradara memberikan ruang untuk improvisasi, namun tetap menjaga arahan agar cerita berjalan sesuai visi keseluruhan. Banyak adegan menegangkan lahir dari spontanitas, yang kemudian memperkaya cerita dan menghadirkan ketegangan yang lebih autentik.
Charles Gozali, sebagai sutradara mencontohkan salah satu adegan mobil yang awalnya tidak direncanakan. Adegan itu tumbuh dari inisiatif dan keberanian tim kreatif saat di lokasi. “Sebenarnya titiknya awalnya adalah dia dulu yang nge-hit soal adegan itu. Jadi, dia sendiri yang nyetir waktu itu,” jelas Charles, menekankan bagaimana kolaborasi dan improvisasi menjadi bagian penting dalam produksi.
Proses Kreatif
Selain itu, dinamika di balik layar juga menunjukkan kerja sama dan koordinasi yang intens antar tim. Mulai dari pengambilan set yang kompleks, diskusi mendalam tentang karakter, hingga perencanaan teknis untuk adegan-adegan ekstrem, semuanya dilakukan demi menciptakan pengalaman horor yang kuat dan emosional. Proses kreatif ini menunjukkan horor tidak sekadar menakut-nakuti, tetapi juga menampilkan dilema moral, konflik, dan ketegangan psikologis yang nyata.
Sang sutradara menekankan film ini, bukan sekadar horor biasa melainkan horor laga-thriller dengan sentuhan humanis. Semua adegan dalam film ini dimainkan dengan berani dan penuh tantangan. “Kita mainkan ini dengan lebih berani, lebih ekstrem, lebih menggigit, lebih apa ya, lebih berdarah-darah,” ungkapnya.
Pertanyaan inti yang diangkat dalam film bukan sekadar seberapa berani menghadapi ketakutan, tetapi juga seberapa besar yang rela dikorbankan untuk orang tercinta. Kombinasi adegan horor, aksi, dan drama emosional menjadikan Tumbal Darah pengalaman menonton yang mendalam dan berbeda dari horor pada umumnya, baik di layar maupun di balik layar. (Z-2)
[OTOMOTIFKU]