
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump menutup kunjungan kenegaraan bersejarahnya ke Inggris dengan sejumlah pernyataan mengejutkan. Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada Kamis (18/9), Trump mengaku kecewa terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin karena masih melanjutkan perang di Ukraina.
“Yang saya kira akan paling mudah diselesaikan adalah Rusia, karena hubungan saya dengan Presiden Putin. Tapi dia benar-benar mengecewakan saya,” ujar Trump. Ia mendesak negara-negara Eropa berhenti membeli minyak Rusia karena menurutnya hal itu akan membuat Putin menghentikan perang.
Hubungan AS-Inggris dan Kesepakatan Teknologi
Meski berbeda pandangan soal pengakuan negara Palestina, Trump dan Starmer menampilkan keharmonisan politik. Trump bahkan menyebut hubungan AS dan Inggris sebagai “ikatan yang tak tergoyahkan” (unbreakable bond).
Kedua pemimpin juga menandatangani kesepakatan besar di bidang teknologi, disaksikan oleh para CEO raksasa AS seperti Microsoft, Google, dan Blackstone. Investasi senilai £150 miliar (sekitar Rp3.800 triliun) dijanjikan akan mengalir ke Inggris, memperkuat kerja sama ekonomi kedua negara.
Starmer menambahkan, dirinya dan Trump adalah “dua pemimpin yang saling menghormati dan menyukai satu sama lain”.
Isu Imigrasi dan Politik Dalam Negeri
Dalam kesempatan itu, Trump juga menyinggung isu imigrasi di Inggris. Ia mengaku sempat menyarankan Starmer untuk “menghentikan arus migrasi”, bahkan jika harus melibatkan militer. Pernyataan ini mencerminkan kebijakan keras Trump terhadap imigrasi di dalam negeri.
Namun di balik kesuksesan diplomasi ini, Starmer masih menghadapi masalah politik dalam negeri. Ia baru saja memecat Duta Besar Inggris untuk AS, Peter Mandelson, karena keterkaitannya dengan mendiang Jeffrey Epstein. Meski demikian, Trump justru mengaku tidak mengenal Mandelson, meski keduanya pernah bertemu di Oval Office beberapa bulan lalu.
Pujian untuk Raja Charles III
Sehari sebelumnya, Trump disambut dengan upacara penuh kemegahan di Windsor Castle. Ia memuji Raja Charles III sebagai “pria terhormat dan raja yang hebat”. Pada jamuan makan kenegaraan, Trump menyebut undangan itu sebagai salah satu kehormatan terbesar dalam hidupnya.
Sementara itu, Ibu Negara Melania Trump menjalani agenda terpisah dengan Ratu Camilla dan Putri Catherine, termasuk melihat koleksi istana bersejarah.
Kunjungan kenegaraan ini berlangsung kurang dari 48 jam, namun penuh dengan simbol diplomasi dan kerja sama strategis. Meski sempat diwarnai protes ribuan orang di pusat kota London, Trump berhasil menutup lawatannya dengan membawa pulang kesepakatan besar dan pesan politik yang kuat. (AFP/Z-2)
[OTOMOTIFKU]