
BANYAK orangtua masih ragu ketika mendengar kata MSG. Selama bertahun-tahun, bumbu penyedap ini kerap mendapat cap negatif. Padahal, menurut para ahli, MSG justru bisa membantu kita menyajikan makanan yang lezat sekaligus lebih sehat, asalkan digunakan dengan tepat.
MSG atau Monosodium Glutamat diproduksi dari tetesan tebu melalui fermentasi alami—proses yang mirip dengan pembuatan tempe atau yogurt.
Hasilnya berupa kristal murni 99% yang higienis dan aman. Dari proses ini dihasilkan glutamat, zat yang juga secara alami ada pada tomat, jamur, keju, bahkan ASI. Glutamat berfungsi penting bagi tubuh, mulai dari mendukung sistem imun, fungsi otak, hingga membantu mengatur rasa kenyang.
Seperti disampaikan Nutrisionis dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, Nutrisionis, “Glutamat dalam MSG sama dengan yang ada di sayur atau buah. Jadi tidak perlu khawatir, asalkan secukupnya. Bahkan penggunaan MSG bisa membantu kita mengurangi porsi garam.”
Tahukah Anda, kandungan natrium dalam MSG hanya sepertiga dari garam dapur? Artinya, dengan mengganti sebagian garam menggunakan MSG, kita bisa mengurangi asupan garam hingga 30%–40%.
Hal itu penting untuk menjaga kesehatan jantung, ginjal, dan mencegah tekanan darah tinggi sejak dini. Kuncinya ada pada keseimbangan.
Takaran yang dianjurkan adalah sekitar satu sendok atau 3 – 4 gram MSG untuk empat porsi masakan keluarga—aman bahkan untuk anak di atas usia dua tahun.
“MSG bukanlah bahan baru. Sejak lama, keamanannya sudah diakui oleh BPOM RI, MUI (halal), serta badan kesehatan dunia seperti WHO/FAO JECFA dan US FDA. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk takut, selama kita tetap menggunakannya dalam batas wajar,” kata dr. Sonia Wibisono, pada kesempatan sama.
Di Indonesia, BPOM RI telah menetapkan MSG sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan, sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM No. 11 Tahun 2019, selama digunakan dalam batas yang dianjurkan.
Lebih jauh lagi, keamanan MSG juga didukung dengan SK Menteri Kesehatan RI No: 235/Menkes/PER/DL/79, SK Menteri Agama RI No: B VI/02/2444/1976, serta Sertifikat Halal MUI No: 07870398 Tahun 2010.
Sementara itu, secara internasional, MSG juga telah diakui keamanannya oleh badan PBB, yaitu melalui WHO/FAO Expert Committee on Food Additives (JECFA), serta pemberian status GRAS (Generally Recognized As Safe) pada tahun 1958 oleh US FDA (Badan Pengawasan Makanan dan Obat Amerika Serikat).
Melalui kampanye MSG #YangBenar, PT Sasa Inti mengajak masyarakat untuk melihat MSG (Monosodium Glutamat) dari perspektif yang tepat.
Sasa MSG diproduksi melalui proses fermentasi alami tetesan tebu, serupa dengan cara pembuatan tempe, kecap, dan yogurt. Proses ini menjadikan Sasa MSG aman dikonsumsi, bahkan dapat membantu mengurangi penggunaan garam tanpa mengorbankan cita rasa, membuat masakan habis tanpa sisa.
Sebagai bagian dari kampanye ini, Sasa meluncurkan berbagai inisiatif edukasi publik, mulai dari microsite MSGyangbenar.sasa.co.id, konten informatif di media sosial, kolaborasi bersama ahli gizi, hingga demo masak dengan chef dan sesi interaktif bersama komunitas.
Seluruh rangkaian kegiatan ini dirancang untuk meluruskan seputar MSG #YangBenar sekaligus memberikan panduan penggunaannya sesuai rekomendasi para ahli. Narasumber seperti dr. Sonia Wibisono, Chef Martin Praja, Mom-fluencer Caca Tengker, dr. Rita Ramayulis, dan Harry Nazaruddin (Food Technologist) turut mendukung gerakan ini.
“Lezat itu penting, tapi yang lebih penting lagi adalah perasaan tenang saat menyajikan masakan untuk keluarga. Lewat kampanye MSG #YangBenar, kami ingin masyarakat tahu bahwa MSG aman digunakan karena terbuat dari bahan alami, dan justru bisa membantu pola makan yang lebih sehat jika digunakan dengan bijak,” pungkas Albert Dinata, Head of Marketing PT Sasa Inti. (Z-1)
[OTOMOTIFKU]