
GUBERNUR Jawa Barat Dedi Mulyadi tidak akan membatalkan keputusannya untuk menutup sementara kegiatan penambangan di wilayah Parung Panjang, Kabupaten Bogor.
“Pemerintah provinsi menutup sementara seluruh proses produksi pertambangan di Parung Panjang karena ingin menyelesaikan pembangunan infrastruktur secara berkelanjutan. Jangan sampai jalan yang baru dibangun hancur lagi, ketika seminggu kemudian dihajar oleh truk besar,” ujarnya, Senin (29/9).
Dia menegaskan, pemprov ingin pembangunan tersebut menguntungkan semua pihak. Tidak boleh ada pihak yang untung dalam usahanya, sementara yang lain merugi.
Dedi mengungkapkan tekadnya itu menanggapi aksi pengusaha, penambang, dan sopir truk yang memprotes keputusannya. Mereka menolak keputusan Dedi, karena dinilai merugikan mereka.
Menjawab protes itu, Gubernur Jabar menyatakan ada 195 orang yang meninggal dunia di jalan Parung Panjang pada 2018-2024, akibat jalan rusak dan lalu lintas kendaraan tambang. Selain itu, 104 orang menderita luka berat.
“Kemana saja Anda, ketika banyak anak kehilangan bapak, banyak istri kehilangan suami, dan banyak warga kehilangan saudara akibat dilindas truk dan banyak korban di jalanan Parung Panjang. Ini problem sosial. Kemana kearifan dan kebijakan Anda untuk ikut menyelesaikan problem sosial yang timbul,” tandasnya.
Selain korban tewas di jalanan Parung Panjang, mantan Bupati Purwakarta itu juga memaparkan banyaknya warga yang menderita ISPA dan depresi karena jalanan yang setiap hari menelan korban, berdebu, dan ekosistem hancur.
“Gubernur bertindak atas nama ekosistem, keadilan, dan pertimbangn ekonomi. Saya tidak anti penambangan, tapi saya empati pada rakyat yang menderita, kepentingan orang banyak, dan kepentingan umum,” tandasnya.
Dia memastikan tidak akan membiarkan jalan yang dibangun pemprov dilindas truk besar dan rusak hanya dalam kurun beberapa hari. Kerugian yang ditimbulkan mencapai miliaran bahkan triliun rupiah jika itu dibiarkan.
“Jangan hanya penambang, pengusaha, dan sopir truk yang diuntungkan di Parung Panjang. Jangan rakyat dan negara yang terus merugi,” tegasnya.
Dedi meminta mamaf jika kebijakan dan keputusannya mengecewakan sebagian pihak.
“Saya harus mengambil keputusan yang mungkin pahit untuk beberapa pihak, tapi ini demi kehidupan yang lebih baik.” (SG/E-4)
[OTOMOTIFKU]