Hapus Daylight Saving Time Bisa Cegah Stroke dan Obesitas

Hapus Daylight Saving Time Bisa Cegah Stroke dan Obesitas
Ilustrasi(freepik)

MENGHAPUS kebijakan waktu musim panas atau daylight saving time (DST) bisa membawa dampak besar bagi kesehatan. Studi terbaru menunjukkan langkah ini berpotensi mencegah lebih dari 300.000 kasus stroke setiap tahun di Amerika Serikat (AS). 

Selain itu, penelitian juga memperkirakan kebijakan ini bisa mengurangi lebih dari 2 juta kasus obesitas setiap tahun. Temuan ini menimbulkan pertanyaan penting, ‘apakah sebaiknya AS tetap menggunakan waktu standar (standart time/ST) sepanjang tahun?’

Waktunya untuk Perubahan?

Studi ini menggunakan data dari lebih dari 300 juta warga Amerika. Peneliti menemukan ST permanen jauh lebih ramah terhadap ritme sirkadian, dibandingkan DST atau peralihan waktu dua kali setahun.

Ritme sirkadian adalah jam biologis tubuh yang mengatur berbagai fungsi penting, termasuk tidur, metabolisme, hingga sistem kekebalan. Gangguan pada ritme ini dikaitkan dengan risiko lebih tinggi stroke, obesitas, bahkan serangan jantung.

Hasil Studi

Tim peneliti membuat simulasi dampak paparan cahaya terhadap jam biologis manusia. Mereka membandingkan tiga kebijakan waktu, yakni ST permanen, DST permanen, dan peralihan dua tahunan.

Hasilnya, ST bisa mencegah sekitar 2,6 juta kasus obesitas dan 306.988 kasus stroke. Sementara DST permanen juga memberi manfaat, tetapi lebih kecil, yaitu 1,7 juta kasus obesitas dan 220.092 kasus stroke.

Risiko yang Terlihat pada Populasi

Bagi satu orang, risiko kesehatan akibat perubahan waktu mungkin terasa kecil. Namun, ketika dialami jutaan orang sekaligus, dampaknya menjadi sangat besar. Jamie Zeitzer dari Universitas Stanford menyamakan hal ini dengan undian lotre, “Anda benar-benar menghadapi risiko seperti tiket lotre. Tapi jika 350 juta orang melakukannya di hari yang sama, pasti ada yang menang lotre,” ujarnya. 

American Academy of Sleep Medicine sudah lama menyarankan agar kebijakan DST dihapus. Mereka menilai, mempertahankan waktu standar permanen bisa membantu mengurangi gangguan tidur dan menurunkan tekanan metabolik pada masyarakat luas.

Keterbatasan Studi

Studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Model yang digunakan mengasumsikan semua orang tidur teratur dan terpapar cahaya secara sama, padahal kenyataannya berbeda. Data kesehatan juga berasal dari laporan mandiri, sehingga mungkin tidak sepenuhnya akurat.

Selain itu, studi ini belum mempertimbangkan faktor ras dan etnis. Padahal, kelompok kulit hitam dan Hispanik sering mengalami gangguan tidur, sehingga risiko stroke dan obesitas bisa lebih tinggi pada mereka.

Studi ini menunjukkan tetap menggunakan ST sepanjang tahun bisa memberi manfaat besar bagi kesehatan masyarakat. Langkah ini berpotensi mencegah ratusan ribu stroke dan jutaan kasus obesitas setiap tahunnya.

Para ahli berharap hasil ini menjadi pertimbangan penting bagi pembuat kebijakan, sekaligus membuka diskusi tentang perlunya perubahan kebijakan waktu di Amerika Serikat. (Live Science/Z-2)

[OTOMOTIFKU]