
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintah belum sepenuhnya memenuhi standar gizi ideal bagi anak-anak. Ketua Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, menyebut sebagian menu yang dibagikan masih didominasi nasi, rendah protein, dan disertai susu tinggi gula.
“Jangan sampai sekadar tinggi kalori tapi miskin gizi,” kata Piprim di Jakarta, Sabtu (20/9).
Ia mengingatkan bahwa selain gizi, aspek keamanan pangan juga harus menjadi perhatian utama. Makanan yang disiapkan sejak pagi, tegasnya, wajib dipastikan tetap aman saat dikonsumsi di jam sekolah. “Jangan sampai niat baik pemerintah justru menimbulkan masalah seperti keracunan massal,” ujarnya.
Menurut Piprim, keberhasilan MBG sangat bergantung pada kolaborasi berbagai pihak, mulai dari pengelola sekolah, guru, orang tua, hingga pakar gizi. “Program ini sudah tepat, tinggal bagaimana pengawasan dan implementasinya dilakukan dengan serius,” tambahnya.
Peringatan IDAI berangkat dari kondisi gizi nasional yang masih memprihatinkan. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka stunting berada di level 21,6% atau sekitar satu dari lima anak Indonesia. Selain itu, kasus wasting tercatat 7,7% dan underweight mencapai 14%.
Dengan angka tersebut, IDAI menilai program MBG berpotensi membantu menekan stunting, tetapi hanya jika dijalankan dengan pengawasan ketat dan pemenuhan gizi seimbang sesuai rekomendasi pakar. (Z-10)
[OTOMOTIFKU]