
MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan salah satu fokus utama Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia–Uni Eropa (IEU-CEPA) adalah mendorong dan memudahkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pemerintah berupaya memberikan dukungan agar UMKM Indonesia dapat lebih mudah mengakses pasar Uni Eropa, termasuk melalui panduan ekspor yang lebih sederhana dan efisien. UMKM Indonesia disebut memiliki andalan pada produk kopi, kakao, serta berbagai produk usaha lainnya di ‘Benua Biru’.
“Dengan IEU-CEPA ini diharapkan akan memberikan semacam jendela atau panduan, bagaimana UMKM bisa mengekspor secara lebih mudah,” kata Airlangga dalam konferensi pers penandatanganan penyelesaian substansial Perundingan IEU-CEPA di Sofitel Nusa Dua, Badung, Bali, pada Selasa (23/9).
Ia mengatakan, selama ini bisnis UMKM kerap terkendala birokrasi yang cukup ketat. Melalui IEU-CEPA, diharapkan tersedia jalur khusus atau panduan yang memudahkan mereka mengekspor produk ke pasar Eropa.
Ia menekankan produk yang menjadi prioritas di sektor padat karya yang saat ini menyerap sekitar 5 juta tenaga kerja antara lain tekstil, aparel, makanan dan minuman, serta furnitur. Selain itu, IEU-CEPA juga membuka peluang untuk produk bernilai tambah tinggi, termasuk mineral kritis.
Saat ini Indonesia telah menjalin kerja sama dengan investor Eropa di sektor mineral kritis, serta membahas kolaborasi dengan industri otomotif Eropa terkait pengembangan baterai dan kendaraan listrik (e-vehicle).
“Sektor ini menjadi salah satu minat utama Eropa di Indonesia,” kata Airlangga.
Di bidang produk pertanian, Eropa disebut membutuhkan pasokan minyak kelapa sawit, sementara Indonesia membutuhkan investasi padat modal, transfer teknologi, serta inovasi pada industri berbasis rantai nilai, khususnya di sektor mineral kritis, energi terbarukan, dan otomotif. Untuk produk alkohol, mekanisme yang akan diberlakukan di Indonesia tetap melalui pengenaan cukai.
Dalam kesempatan yang sama, Komisioner Perdagangan dan Keamanan Ekonomi Komisi Eropa Maroš Šefcovic menyampaikan, pihaknya senang dengan tercapainya perjanjian yang bersifat komprehensif tersebut.
Perjanjian ini mencakup berbagai aspek, mulai dari standar perlindungan, standar lingkungan, hingga komitmen bersama untuk mendorong kesejahteraan. Menurutnya, banyak perusahaan multinasional yang siap memanfaatkan peluang dari kesepakatan ini.
“Namun, yang juga sangat penting adalah memberikan dukungan konkret kepada UMKM, baik di Indonesia maupun di Eropa,” tuturnya.
Saat ini, sudah ada sekitar 50.000 UMKM Eropa yang mengekspor ke Indonesia, sementara jumlah dari sisi Indonesia diperkirakan jauh lebih besar. Karena itu, perjanjian ini akan memberikan dukungan berkelanjutan agar UMKM di kedua belah pihak semakin berkembang. (Ins/E-1)
[OTOMOTIFKU]