
IGA Swiatek bangkit dari ketertinggalan satu set untuk meraih kemenangan atas Ekaterina Alexandrova dengan skor 1-6, 7-6 (3), dan 7-5 dalam 2 jam 41 menit di final Korea Terbuka, yang menandai gelar ketiganya musim ini, dan yang ke-25 dalam kariernya.
Bintang tenis asal Polandia itu kini memiliki catatan menang-kalah 25-5 di final WTA.
“Pertama-tama, saya ingin mengucapkan selamat kepada Ekaterina atas pekan yang luar biasa dan final yang luar biasa,” kata Swiatek saat penyerahan trofi, dikutip dari WTA, Senin (22/9).
“Sejujurnya, saya tidak tahu bagaimana saya bisa menang karena Anda bermain hebat dan saya hanya berusaha untuk tetap bertahan.”
“Semoga kita bisa bermain di lebih banyak final karena melawan kamu selalu sulit, tapi juga menghibur,” lanjut petenis berusia 24 tahun itu.
Mentalitas ‘berusaha bertahan’ itu akhirnya memberi Swiatek keunggulan dalam pertandingan yang diwarnai margin tipis — terlepas dari set pembuka yang timpang.
Alexandrova tampil gemilang dan hanya membutuhkan 30 menit untuk memenangi set pertama dengan meyakinkan, mematahkan servis Swiatek di gim pembuka dan tak pernah menyerah.
Swiatek membalikkan keadaan di awal set kedua, langsung mematahkan servis Alexandrova. Namun momentum kembali berubah ketika Alexandrova membalas di gim berikutnya.
Kedua petenis kemudian saling bergantian memegang servis hingga tiebreak tiba, ketika Swiatek akhirnya tampak memegang kendali untuk pertama kalinya dalam pertandingan.
Ia langsung unggul 3-0, memperpanjang menjadi 5-2, dan menutup tiebreak dengan skor 7-3 untuk memaksakan set penentuan.
Di awal set ketiga, Swiatek memberi Alexandrova break dengan tiga kesalahan ganda dalam satu gim, tertinggal 2-1. Namun ia bangkit, menyamakan kedudukan menjadi 3-3 dan merebut set kedua. memimpin untuk kedua kalinya dalam pertandingan di gim berikutnya.
Dari sana, tekanan papan skor menguntungkan Swiatek. Saat Alexandrova melakukan servis untuk mempertahankan keunggulan, Swiatek meningkatkan tempo permainan –melesatkan pukulan forehand menyilang lapangan pada match point keduanya untuk menyingkirkan lawannya dan memastikan kemenangan.
Meskipun kalah, Alexandrova memimpin hampir setiap statistik kunci. Ia memiliki lebih banyak ace (enam banding dua), lebih sedikit kesalahan ganda (enam banding sembilan), persentase servis pertama yang dimenangi lebih tinggi (66% banding 58%).
Ia juga lebih banyak mencatatkan winner (30 banding 23), lebih sedikit kesalahan sendiri (25 banding 40), lebih banyak break point yang tercipta (8 banding 7) dan tingkat konversi yang lebih baik (63% banding 43%), dan yang paling menonjol, total poin yang dimenangi lebih banyak (108 banding 97).
Meski unggul di atas kertas, namun Swiatek justru lebih menentukan. Pada momen-momen yang paling penting, juga pada saat tiebreak, servis Alexandrova tertinggal.
Saat ini, Swiatek tetap berada di peringkat dua, baik dalam peringkat WTA maupun peringkat dua dalam Race to WTA Finals.
Namun, bukan itu yang terpenting baginya saat ini. Dengan gelar tersebut, Swiatek akhirnya membalaskan kekalahan sang ayah, Tomasz Swiatek, yang merupakan mantan atlet dayung Polandia.
“Saya senang bisa menang di sini karena sejarah keluarga,” kata Swiatek.
“Ayah saya tidak bisa memenangi Olimpiade di sini, tetapi setidaknya saya memenangi turnamen ini. Jadi, semoga beliau akan datang tahun depan untuk menikmati semuanya,” pungkasnya. (Ant/Z-1)
[OTOMOTIFKU]