
WARGA Desa Waekokak, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur (NTT), mendapatkan penyuluhan hidup sehat dan bantuan paket sembako dari PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk (TBIG), pada 24 Agustus lalu. Program bantuan dan edukasi ini merupakan wujud komitmen untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
Program ini merupakan rangkaian dari Aksi Sehat Bangun Bersama di 80 desa, aksi bakti sosial yang digelar PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk (TBIG), dari Aceh hingga Papua. Sebelumnya kegiatan ini resmi diluncurkan di Desa Cot Ba’u, Kecamatan Sukajaya, Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam yang kemudian berlanjut ke Site Mbay II Aesesa, Kecamatan Aesesa, Desa Waekokak.
“Kegiatan ini dilakukan dalam rangka peringatan kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, TBIG menargetkan lebih dari 500 kegiatan serupa di seluruh Indonesia,“ ujar Head of CSR Departement PT Tower Bersama Infrastructure Tbk), Fahmi Alatas.
Kepala Desa Waekokak Yohanis Samparaja juga menyampaikan apresiasi kepada PT TBIG Tbk yang sudah memilih Waekokak sebagai lokasi sasaran penyuluhan hidup sehat dan sasaran penerima bantuan paket sembako.
Dalam kegiatan itu, sebanyak 100 orang warga Desa Waekokak mendapatkan bingkisan paket sembako dari PT TBIG. Yohanes menyebut bantuan TBIG itu wujud dari kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar.
Dia juga berharap upaya PT TBIG ini dapat menjadi contoh bagi perusahaan-perusahaan lain baik swasta maupun perusahaan negara yang beroperasi di Kabupaten Nagekeo untuk terlibat aktif menggelontorkan anggaran CSR bagi masyarakat sekitar.
MISI KEMANUSIAAN
Wakil Bupati Nagekeo Gonzalo Muga Sada, yang hadir dalam penyerahan bantuan tersebut menyampaikan apresiasi dan terimakasih atas kehadiran PT TBIG melalui implementasi program CSR yang sudah membantu masyarakat sekitar. “Kita berada di sini untuk sebuah misi kemanusiaan terutama di bidang kesehatan” ungkap Gonzalo.
Menurut Wakil Bupati, kehadiran PT TBIG Tbk melalui intervensi program CSR ini tidak hanya semata membantu masyarakat mengedukasi pola hidup sehat, lebih dari itu perusahaan sudah mau berkolaborasi membantu pemerintah daerah Kabupaten Nagekeo di sektor Kesehatan.
“Terimakasih teman-teman TBIG sudah datang jauh-jauh membantu daerah ini karena sektor kesehatan, sanitasi dan air bersih menjadi problem utama dan masalah serius yang berdampak pada stunting,” ujar Gonzalo.
Oleh sebab itu, Gonzalo mengatakan Pemerintah Kabupaten Nagekeo sangat berharap kolaborasi kerja sama membangun kesehatan masyarakat ini dapat berlanjut secara berkesinambungan.
Dalam kegiatan ini, TBIG menyelenggarakan edukasi pola hidup sehat dengan memberikan penyuluhan tentang cara mencuci tangan yang benar dengan sabun, serta menyalurkan paket sembako bagi masyarakat setempat.
Program pilar kesehatan yang dijalankan CSR TBIG difokuskan pada peningkatan kesadaran dan kualitas kesehatan masyarakat serta lingkungannya.
KOMITMEN NYATA
Presiden Direktur TBIG, Herman Setya Budi, mengatakan pihaknya memberikan perhatian khusus kepada masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah operasional karena CSR TBIG merupakan komitmen nyata yang berkesinambungan dan mencakup kesehatan, pendidikan, budaya, serta lingkungan.
“Tahun ini, untuk pilar kesehatan saja, kami menargetkan lebih dari 220 ribu jiwa penerima manfaat. Semua program kami dilaksanakan dengan berlandaskan prinsip ESG, mendukung SDGs, serta merujuk pada panduan ISO 26000,” ungkapnya.
Melalui program CSR ini, TBIG berharap dapat memperkuat kepedulian sosial sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah 3T, sejalan dengan semangat bersama untuk Indonesia.
SALAH KAPRAH
Fransiskus Surdiasis dalam Journalism Fellowship On CSR 2025 batch II hasil kolaborasi Tower Bersama Grup (TBIG) dan Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) mengatakan Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi salah satu pilar penting dalam aktivitas perusahaan modern.
Namun media masih memperlakukan CSR sebagai urusan perusahaan bukan urusan masyarakat. “Pemahaman terhadap CSR, termasuk di kalangan wartawan, masih salah kaprah, menganggap CSR sebagai bentuk kebaikan perusahaan terhadap masyarakat. Ada kebutuhan untuk melaporkan CSR dalam cara yang lebih meaningful, dengan menempatkannya dalam konteks persoalan dan kebutuhan masyarakat. Fellowship ini adalah bentuk apreasiasi terhadap CSR sekaligus mendorong media untuk melaporkan CSR dalam cara yang lebih impactful,” kata Fransiskus yang juga anggota Komite Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk Jurnalisme Berkualitas.
Fransiskus menjelaskan idealnya kalau jika CSR dianggap sebagai bentuk kebaikan perusahaan terhadap masyarakat, lokusnya masih ada di perusahaan. Padahal idealnya lokus CSR itu berpindah dari perusahaan ke masyarakat karena itu dia bukan lagi sekedar bentuk kebaikan melainkan juga merupakan tanggung jawab sekaligus komitmen untuk mengambil bagian dalam upaya menyelesaikan persoalan persoalan masyarakat.
“Jadi lokusnya bukan di perusahaan tetapi ada tanggung jawab seperti juga warga negara yang lain punya tanggung jawab untuk mengambil bagian dalam upaya menyelesaikan isu-isu yang menjadi concern publik,” jelas Fransiskus.
Fransiskus menambahkan CSR dan jurnalime bekerja di atas platform yang sama yakni masyarakat. Keduanya berangkat dari titik pijak yang sama yakni kepentingan publik. Inilan yang menjadi titik temu pijakan fondasi hubungan antara media dan perusahaan terkait CSR.
“Kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan dengan jurnalistik atau media mempunyai titik temu bekerja di atas platform yang sama, yang namanya masyarakat, society. Jadi society dan titik pijaknya juga sama yaitu public interest, ” pungkasnya. (E-2)
[OTOMOTIFKU]