
MENTERI Agama (Menag) Nasaruddin Umar akan mengoptimalkan potensi para penyuluh agama sebagai mitra strategis dalam sosialisasi penanggulangan Tuberkulosis (Tb). Hal itu disampaikan dalam Rapat Tingkat Menteri (RTM) yang digelar di kantor Kemenko PMK, Jakarta, Kamis (25/9).
Ia mengatakan Kementerian Agama memiliki jaringan luas yang dapat dimanfaatkan untuk sosialisasi penanggulangan Tuberkulosis.
“Potensi yang dimiliki Kemenag luar biasa, apalagi kita berkolaborasi dengan 28.479 penyuluh agama, itu baru penyuluh agama Islam, belum penyuluh agama lain,” kata Menag dalam keterangannya, Jumat (26/9).
“Itu bisa kita titipkan buku saku yang berisi penjelasan tentang Tb, termasuk juga cara penanggulangannya. 12.500 majelis ta’lim, ratusan ribu masjid dan surau. Semua itu bisa kita manfaatkan untuk sosialisasi. Kemudian ada tenaga dakwah profesional sebanyak 1.669 yang dikirim sampai ke pelosok-pelosok desa,” sambungnya.
Menag mengatakan pentingnya membuat sebuah buku berbasis tuntunan agama untuk menjadi pedoman kepada masyarakat terkait pentingnya kesehatan dalam hal ini menjaga dari paparan Tb.
“Perlu kita menulis buku bersama, tentang bagaimana agama menganjurkan kebersihan,” ujarnya.
Menag juga mengungkapkan kendala yang dialami Kemenag dalam menyampaikan informasi. Kendala utama itu terletak pada perbedaan penggunaan bahasa agama dan bahasa kesehatan.
“Kita sering berbenturan antara bahasa agama dan bahasa kesehatan. Perlu penjelasan yang lebih clear. Inilah tantangan kami di Kementerian Agama bagaimana memberikan pemahaman agama secara komprehensif dan mendalam,” ucapnya.
Menag juga menambahkan perlunya mempunyai tenaga-tenaga yang andal untuk bertugas di lapangan. Dalam proses implementasinya di lapangan, Menag mengatakan khutbah di masjid bisa menjadi saluran efektif kampanye kesehatan.
“Kita bisa membuat semacam khutbah seragam di 800.000 masjid mengenai penanggulangan Tuberkulosis dirilis di televisi-televisi,” tuturnya.
Selain Tb, Menag juga menyinggung perlunya pendekatan serupa untuk menangani persoalan lain. “Saya kira bukan hanya TBC tapi masih ada penyakit sosial yang lain yang bisa kita jangkau sekaligus,” pungkasnya. (H-2)
[OTOMOTIFKU]