
PUNCAK gelaran The Papandayan Jazz Fest 2025 tinggal menghitung hari. Pada 4-6 Oktober nanti, di The Papandayan Hotel, deretan musisi ternama dari dalam dan luar negeri akan menampilkan aksinya di delapan panggung.
“Tahun ini, The Papandayan Jazz Fest 2025 merupakan penyelenggaran yang ke-10. Satu dekade yang sarat dengan pengalaman dan perjuangan guna mengantarkan jazz dari Bandung ke tingkat nasional dan dunia,” ungkap Founder TP Jazz Managemen, Bobby Renaldi, Kamis (18/9) malam.
Pada 2025, festival musik jazz tahunan ini mengusung tema “A Culture Resonance” sebuah konsep yang merangkai kemegahan jazz dengan kekayaan budaya, gaya hidup, kuliner, dan semangat komunitas.
Menurut Bobby, lebih dari sekadar festival musik, TPJF hadir sebagai ruang perjumpaan budaya yang mampu menciptakan resonansi mendalam bagi para penikmat seni dan musik.
Sejak pertama kali digelar pada 2015, lanjut General Manager The Papandayan itu, TPJF hadir sebagai bentuk komitmen The Papandayan untuk menghadirkan panggung yang konsisten bagi para musisi jazz dari berbagai generasi, baik nasional maupun internasional.
Perjalanan panjang selama satu dekade ini kini menorehkan pencapaian bersejarah. Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) akan memberikan penghargaan kepada The Papandayan sebagai satu-satunya hotel di Indonesia yang berhasil menggelar festival jazz tahunan selama 10 tahun berturut-turut.
“Sepuluh tahun perjalanan The Papandayan Jazz Fest adalah sebuah perayaan atas rasa dan semangat yang kami bangun bersama. Sejak awal, TPJF bukan hanya festival musik, melainkan panggung budaya, ruang perjumpaan, dan simbol keterbukaan yang kami hadirkan dari Bandung untuk dunia. Tahun ini, dengan tema ‘A Culture Resonance’, kami ingin menggaungkan pesan bahwa jazz adalah bahasa universal yang mampu merangkul semua orang, melampaui batas usia, latar belakang, atau identitas,” tandasnya.
Dua legenda jazz Bandung, Harry Pocang dan Vence Manuhutu, pendiri dan tokoh kunci The Papandayan Jazz Fest (TPJF), juga mengaku bersyukur bisa melalui satu dekade mengawal gelaran ini.
“Kami bersyukur dari gelaran ini telah melahirkan pemusik jazz yang tidak hanya bisa berkarya di Bandung, tapi juga dikenal di Indonesia, bahkan bisa pentas di tingkat dunia,” jelas Harry Pocang.
Sementara Vence mengakui kerja mengawal The Papandayan Jazz Fest berjalan bagai air mengalir. “Kami bekerja saja. Meski di masa pandemi Covid-19, gelaran ini tetap bisa digulirkan dengan semangat yang tinggi,” tandasnya.
Delapan panggung
Tahun ini, TPJF 2025 menghadirkan pengalaman festival yang lebih kaya, dengan delapan panggung musik yang tersebar di seluruh area hotel. Mulai dari Suagi Grand Ballroom sebagai panggung utama, hingga Tropical Garden, Pool Deck, dan area Pasar Jazz yang selalu menjadi daya tarik bagi para pengunjung.
Panggung-panggung ini tidak hanya menampilkan musik jazz dalam berbagai warna, tetapi juga genre lain seperti pop, soul, funk, dan hip-hop. TPJF menjadi festival musik lintas genre dengan sentuhan budaya yang unik.
Festival ini akan menampilkan deretan musisi ternama dari dalam dan luar negeri. Di antaranya Afgan, HIVI!, Reality Club, Iwa K, dan Ziva Magnolya.
Mereka akan berpadu dengan aksi panggung para maestro jazz seperti Barry Likumahuwa & The Rhythm Service feat Trie Utami, Bandung Jazz Orchestra, Dwiki Dharmawan feat Rimar Callista, dan The Sister yang beranggotakan Dewi Lestari, Arina, dan Imelda Rosalin.
Selain itu, musisi internasional seperti Kinematics dari Jepang akan menambah warna global dalam perayaan satu dekade TPJF.
Tak hanya konser musik, TPJF 2025 juga menghadirkan berbagai program unggulan seperti Tribute to Legendary Musicians untuk mengenang sosok Utha Likumahuwa.
Ada juga TPJF Lifetime Achievement Award yang tahun ini akan diberikan kepada mendiang Harie Roesli, tokoh penting dalam perkembangan musik di Indonesia.
Ada pula Beyond the Notes-Jazz Masterclass & Workshop untuk para musisi muda.
Salah satu daya tarik utama TPJF 2025 adalah kehadiran Pasar Jazz, sebuah bazar kreatif yang menggabungkan musik, seni, dan kuliner dalam satu ruang interaktif. Menghadirkan puluhan tenant pilihan, Pasar Jazz menjadi tempat bertemunya komunitas kreatif, pelaku UMKM, dan pengunjung festival untuk menikmati pengalaman berbeda di luar panggung utama.
“Pasar Jazz adalah ruang inklusif yang kami hadirkan agar siapa pun bisa merasakan atmosfer The Papandayan Jazz Fest, meskipun tanpa memiliki tiket konser. Kami ingin menjadikan festival ini tidak hanya untuk penikmat musik jazz, tetapi juga bagi masyarakat luas yang ingin menikmati seni, kuliner, dan kreativitas Bandung,” papar Tyagita R Hermawan, Event Director TP Jazz Management.
Dengan akses gratis, Pasar Jazz diharapkan dapat menjadi titik temu komunitas, keluarga, dan wisatawan yang ingin merasakan energi festival dalam suasana yang santai dan terbuka.
Tiket TPJF 2025 dibagi dalam tiga kategori: Silver Pass yang memberikan akses harian ke tujuh panggung, Gold Pass untuk akses ke delapan panggung termasuk Suagi Grand Ballroom, dan Platinum Pass yang memberikan akses penuh dua hari ke seluruh panggung. Harga tiket dimulai dari Rp250 ribu.
Ekonomi kreatif
TP Jazz adalah program manajemen acara musik jazz yang diselenggarakan oleh The Papandayan Bandung bersama Media Group. Acara ini telah berlangsung di The Papandayan Hotel sejak 2013.
Sejumlah musisi jazz ternama, baik nasional maupun internasional, telah tampil di panggung TP Jazz sepanjang perjalanannya.
TP Jazz hadir dengan filosofi dan semangat untuk memfasilitasi serta mengembangkan potensi musik jazz di Kota Bandung.
“Saya sangat berharap, TP Jazz menghasilkan musisi muda yang mampu berkiprah di kancah nasional dan dunia. Lebih dari itu, kami berharap TP Jazz bisa menjadi destinasi wisata musik di Bandung,” ungkap Bobby.
Dukungan datang dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Adi Junjunan Mustafa. Dia mengapresiasi penyelenggaraan TP Jazz yang sudah berlangsung satu dekade.
“TP Jazz telah menjadi salah satu penyangga terus tumbuhnya ekonomi kreatif, salah satunya di bidang musik. Pemkot Bandung siap bekerja sama dan membantu acara ini,” tegasnya.
Sepuluh tahun TP Jazz terus bergerak dan konsisten. Kegiatan ini dirancang dan dijalankan secara berkesinambungan setiap tahunnya.
Mulai dari TP Jazz Weekend, Three-Monthly Special Performance, Six-Monthly Universe Project, Road to The Papandayan Jazz Fest, TP Jazz International Online Competition, hingga puncaknya yaitu festival tahunan The Papandayan Jazz Fest.
[OTOMOTIFKU]