
KEPALA Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), E. Aminudin Aziz, menghadiri Peluncuran Buku Kumpulan Fiksi Mini sekaligus Penyerahan Piagam Pemecahan Rekor Museum Rekor Dunia dari Indonesia (MURI) untuk kategori Penulisan Fiksi Mini Terbanyak di Indonesia.
Total 5.337 naskah yang berhasil dihimpun. Sebanyak 3.149 naskah di antaranya lolos seleksi berdasarkan penilaian kurator dan diterbitkan dalam 55 buku kumpulan fiksi mini.
Sejumlah pejabat Perpusnas juga turut serta menulis karya fiksi mini, di antaranya Sekretaris Utama, Joko Santoso, dengan judul Wanita Berbaju Merah di Perpustakaan; Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Adin Bondar, dengan judul Pilihan Kedua; serta Kepala Pusat Pembinaan Pustakawan, Agus Sutoyo, dengan cerita berjudul Jawa tapi Betawi.
Dalam sambutannya, Kepala Perpusnas, menegaskan kemampuan menulis seseorang tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan orang tersebut membaca.
“Tulisan yang baik, yang berbobot pasti akan didasari oleh bacaan yang baik dan berbobot pula. Tulisan yang bernas pasti dasarnya harus dari membaca bacaan-bacaan yang berkualitas,” tuturnya, Senin (15/09/2025).
Ia menambahkan, penulisan fiksi mini yang digagas Duta Baca Indonesia, Gol A Gong, dapat menjadi sarana efektif untuk membudayakan membaca, meningkatkan kecakapan literasi, sekaligus menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan minat masyarakat, khususnya anak-anak.
“Sebenarnya anak-anak sekolah dan anak-anak muda itu bukan tidak berminat atau tidak mau membaca. Masalahnya ada pada lingkungan kita, yaitu bahan bacaan yang sesuai dengan minat mereka sangat jarang tersedia. Kalau bacaannya sesuai dengan minatnya, pasti mereka akan membacanya,” urainya.
Terkait kualitas fiksi mini yang dibuat di dalam kumpulan buku tersebut, Kepala Perpusnas menyampaikan, hal itu sepenuhnya ditentukan dan menjadi tanggung jawab para kurator. Selain itu, ia juga berpesan agar para penulis senantiasa terbuka terhadap kritik yang membangun.
“Saya sangat senang atas kehadiran dan pengakuan diberikan oleh MURI terhadap karya Bapak Ibu. Mudah-mudahan ini akan memotivasi Bapak Ibu, adik-adik, para siswa, para penggerak literasi dan siapapun yang ikut menulis dalam karya ini untuk kemudian menulis lagi dan menulis lagi. Jangan sampai ini adalah karya pertama dan karya terakhir,” tuturnya.
Duta Baca Indonesia, Gol A Gong, menyampaikan bahwa selama masa kepengurusannya bersama Perpustakaan Nasional telah berhasil menerbitkan puluhan buku.
“Alhamdulillah, di era Pak Adin menunjuk saya sebagai Duta Baca Indonesia permintaan beliau memang tidak lagi narasi melainkan aksi dan ketika Program Indonesia Menulis secara luas direspon dengan baik, masyarakat luas mempercayai saya karena di belakang saya ada Perpustakaan Nasional yang mendukung,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama MURI, Osmar Susilo, menjelaskan fiksi merupakan karya tulis yang spesial karena memerlukan imajinasi yang luas dan konkrit untuk membuat cerita yang berkelas.
“Banyak sekali penulis atau buku di dunia ini yang terkenal atas kumpulan fiksi mini seperti misalnya Hans Christian Andersen, Greens Brothers, 1001 Arabian Night dan masih banyak lagi. Dengan adanya rekor pada hari ini, saya yakin penulis yang ada di buku ini tidak kalah hebat dengan penulis yang saya sebutkan diatas,” jelasnya.
Pada kesempatan sama, Direktur Satria Indra Prasta (SIP) Publishing dan Ketua Yayasan Rumah Indonesia Menulis, Indra Gunawan, menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan semua pihak khususnya pada Perpusnas dan Gol A Gong atas pelaksanaan kegiatan ini.
“Terima kasih atas dukungan dari Bapak Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan seluruh jajarannya yang telah mendukung sejak awal dari pelatihan sampai sekarang. Terima kasih kepada mentor kita, pak Gol A Gong. Tanpa Pak Gol A Gong mungkin kita tidak tahu cara menulis fiksi mini yang baik dan benar. Terima kasih sudah membersamai SIP Publishing dari tahun 2021, menyelenggarakan kelas fiksi mini sampai dengan angkatan ke-41,” ungkapnya. (H-2)
[OTOMOTIFKU]