
NASA menggandeng perusahaan rintisan Katalyst untuk mencegah potensi bencana yang mengancam sebuah observatorium senilai US$500 juta, yang menghadapi bahaya masuk kembali ke atmosfer Bumi.
Inisiatif tanggap ini akan memfasilitasi peluncuran sebuah observatorium yang dirancang khusus untuk memperpanjang lintasan operasional observatorium tersebut di luar angkasa. Sekaligus menunjukkan teknologi sandar-antarobservatorium canggih di tengah meningkatnya persaingan antariksa antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Pada Rabu, badan antariksa Amerika Serikat tersebut mengumumkan mereka telah memberikan kontrak senilai US$30 juta kepada Katalyst Space Technologies yang berbasis di Arizona. Pendanaan ini akan mendukung penerapan varian termodifikasi dari observatorium “Link” miliknya, yang ditujukan kepada Observatorium Neil Gehrels Swift, yang sejak 2004 secara dinamis mengamati galaksi-galaksi jauh dan lubang hitam dari orbit rendah Bumi.
Manuver observatorium dan misi penyandaran semakin menjadi hal yang krusial, baik untuk aplikasi militer maupun strategi pemeliharaan satelit. Seiring meningkatnya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Tiongkok, kemajuan ini semakin menonjol, terutama dalam ranah eksplorasi bulan dan perolehan kemitraan internasional.
SWIFT
Observatorium NASA, yang juga dikenal dengan sebutan SWIFT, saat ini berada pada ketinggian sekitar 364 mil (585 kilometer) di atas Bumi. Sayangnya, observatorium ini tengah menghadapi penurunan orbit akibat hambatan atmosfer alami, sehingga menjadikannya kandidat optimal untuk demonstrasi penyandaran. Selama bertahun-tahun, SWIFT telah memberikan kontribusi signifikan terhadap penemuan-penemuan astronomi.
Tanpa adanya sistem propulsi di dalam observatorium yang memungkinkan penyesuaian ketinggian, serta tidak adanya titik penghubung bagi observatorium eksternal, SWIFT menghadapi prospek suram. Para ilmuwan NASA memperkirakan kemungkinan 90% observatorium tersebut akan terbakar habis ketika masuk kembali ke atmosfer Bumi pada akhir tahun 2026.
“Tujuan kami adalah berinteraksi dengan satelit yang tidak dipersiapkan untuk dilayani sejak awal,” ujar Direktur Utama Katalyst, Ghonhee Lee. Ia menekankan bahwa misi ini bertujuan untuk menunjukkan kemampuan dalam melayani satelit apa pun, terlepas dari keterbatasan desainnya.
Lee lebih lanjut menjelaskan untuk inisiatif SWIFT, Katalyst akan memanfaatkan kembali sebuah observatorium yang semula diperuntukkan bagi misi demonstrasi internal. Penyesuaian terhadap observatorium tersebut akan dimulai bulan depan, dengan target peluncuran pada bulan Mei 2026.
Hambatan
Hambatan besar dalam sektor rintisan jasa pemeliharaan satelit yang sedang berkembang adalah pengembangan mekanisme atau penyandaran yang dapat berinteraksi dengan satelit-satelit tua seperti SWIFT, yang pada awalnya tidak dirancang untuk akomodasi interaksi observatorium lain.
Lee mengindikasikan Katalyst telah melakukan analisis komprehensif terhadap rancangan SWIFT, sehingga observatorium Link dapat dilengkapi dengan mekanisme robotik khusus.
Setelah berada dalam jarak dekat dengan SWIFT, observatorium tersebut akan mengamankan cengkeramannya dengan menjepit pada tonjolan logam kecil yang digunakan selama transportasi darat observatorium sebelum peluncuran.
Lee mencatat Departemen Pertahanan Amerika Serikat sedang memantau secara saksama misi ini. Ia berharap dapat bermitra dengan Komando Antariksa Amerika Serikat untuk penilaian tambahan mengenai manuver orbital setelah peningkatan SWIFT dilakukan.
“Walaupun ini adalah satelit NASA, dan pada dasarnya teleskop antariksa sipil, implikasinya bagi peperangan antariksa dan superioritas sangatlah besar,” ujar Lee mengenai misi SWIFT tersebut.
Penerbangan Dua Satelit
Awal musim panas ini, Tiongkok memamerkan kemampuannya dengan menerbangkan dua satelit dalam formasi jarak dekat. Hal ini mengikuti insiden tahun 2022 ketika sebuah satelit Tiongkok berhasil menggenggam dan memanipulasi satelit lain, memicu kekhawatiran Amerika Serikat akan potensi penggunaan taktik serupa terhadap asetnya.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat juga mengembangkan kemampuan serupa, meskipun banyak rencana yang masih dirahasiakan.
Ekspansi Katalyst ke sektor layanan orbit menyusul akuisisi Atomos Space pada bulan April. Perusahaan telah menanamkan investasi 25 juta dolar pada divisi observatorium Link, dengan target biaya produksi yang jauh lebih rendah dibanding satelit tradisional.
“Ambisi kami untuk produksi rutin observatorium robotik berada dalam kisaran jutaan tinggi hingga belasan juta dolar,” ujar Lee, tanpa menyebutkan angka pasti. (rswebsols/Z-2)
[OTOMOTIFKU]