Netanyahu Akui Israel Hadapi Isolasi Internasional

Netanyahu Akui Israel Hadapi Isolasi Internasional
Benjamin Netanyahu.(AFP/LEO CORREA)

PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui bahwa negaranya kini menghadapi isolasi internasional dan harus memperkuat kemandirian di sektor militer. 

Dalam konferensi di Yerusalem bersama Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio, Netanyahu menyatakan Israel menemukan dirinya dalam semacam isolasi internasional dan menekankan perlunya mengembangkan industri perangnya serta kemampuan untuk memproduksi  yang dibutuhkannya di dalam negeri.

Isolasi diplomatik Tel Aviv semakin terasa setelah serangan ke Doha, ibu kota Qatar yang berperan sebagai mediator dalam negosiasi perdamaian. 

Keesokan harinya, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan bahwa Uni Eropa akan mengusulkan penangguhan sebagian perjanjian asosiasi dengan Israel serta menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah menteri kabinet Netanyahu. 

Sementara itu, para pemimpin Arab berkumpul di Doha untuk menggelar pertemuan puncak darurat merespons serangan Israel.

Langkah Israel juga menimbulkan kegusaran Amerika Serikat. 

Washington, yang bekerja sama dengan Qatar untuk menghidupkan kembali perundingan damai Israel-Hamas, menilai tindakan Tel Aviv justru memperburuk situasi. 

Rubio menegaskan, AS akan terus mendorong Doha untuk memainkan peran yang konstruktif, namun menolak pengakuan internasional terhadap negara Palestina. 

Dalam sidang Majelis Umum PBB baru-baru ini, 142 negara mendukung pengakuan Palestina, sementara hanya 10 negara yang menolak, termasuk AS, Hungaria, dan Argentina.

Meski masih mendapat dukungan ekonomi dari sejumlah mitra lama, Israel semakin terasing di panggung internasional. 

Netanyahu, yang menghadapi surat perintah penangkapan Mahkamah Pidana Internasional, mengingatkan risiko besar bagi kemampuan militernya. 

“Kita mungkin berada dalam situasi di mana industri perang kita terhambat. Kita harus mengembangkan industri perang di sini, tidak hanya penelitian dan pengembangan, tetapi juga kemampuan untuk memproduksi apa yang kita butuhkan,” katanya.

Sejumlah negara Eropa mulai mengambil langkah tegas. Dana kekayaan negara Norwegia menjual sebagian aset di Israel, Slovenia menghentikan perdagangan senjata, dan Spanyol mengumumkan larangan penuh atas jual beli peralatan militer serta transit kapal pengangkut bahan bakar untuk tentara Israel. 

Jika Uni Eropa benar-benar menangguhkan perjanjian dagang, dampaknya diperkirakan sangat besar bagi Tel Aviv.

Namun, Netanyahu menolak mengakui kesalahan kebijakan pemerintahannya. Ia menuding imigran Muslim di Eropa yang disebut mendorong pemerintah bersikap anti-Israel, serta menuduh negara-negara tertentu seperti Tiongkok dan Qatar mengatur kampanye kebencian terhadap Israel.

Pernyataan tersebut memicu reaksi keras dari oposisi. 

Pemimpin oposisi Yair Lapid menyebutnya pernyataan gila dan menilai isolasi Israel merupakan hasil dari kebijakan Netanyahu dan pemerintahannya yang salah serta gagal, yang mengubah Israel menjadi negara dunia ketiga. (EU News/I-3)

[OTOMOTIFKU]