
OTORITAS Pelabuhan Ravenna di Italia menolak memuat dua kontainer berisi bahan peledak yang dijadwalkan dikirim ke Israel pada Kamis (19/9) waktu setempat. Keputusan tersebut diambil setelah ada permintaan resmi dari pemerintah kota, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak otoritas setempat.
Wali Kota Ravenna, Alessandro Barattoni, menjelaskan informasi mengenai kedatangan dua kontainer itu diketahui berkat laporan para pekerja pelabuhan.
“Berkat keberanian para buruh pelabuhan, kami diberi tahu semalam tentang jadwal kedatangan dua kontainer ke Pelabuhan Ravenna hari ini,” ujarnya dilansir Middle East Monitor.
Pemerintah daerah Emilia-Romagna, bersama otoritas provinsi dan kota Ravenna, memiliki saham di pelabuhan tersebut. Hal inilah yang memberi mereka wewenang untuk memblokade proses pemuatan kontainer.
Dalam pernyataannya, pemimpin regional menegaskan sikap mereka. “Anda harus memilih sisi dan Emilia-Romagna bersama Ravenna jelas berpihak pada korban tak bersalah dan para sandera, bukan pada pemerintah kriminal ataupun organisasi teroris,” tulis pernyataan bersama itu.
Di tingkat nasional, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni sebelumnya menyebut rencana Israel untuk menguasai Gaza sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima.
Namun berbeda dengan sejumlah negara Eropa seperti Prancis dan Spanyol, Italia menolak pengakuan sepihak terhadap negara Palestina. Menurut Meloni, pengakuan baru dapat dilakukan apabila terbentuk negara Palestina yang benar-benar berdaulat.
Penolakan buruh pelabuhan terhadap pengiriman senjata ke Israel bukan hanya terjadi di Italia.
Pada awal Juni, pekerja pelabuhan Marseille di Prancis selatan juga menolak memuat kontainer berisi perlengkapan militer yang ditujukan ke Haifa. Mereka menegaskan tidak ingin ikut serta dalam genosida yang dilakukan pemerintah Israel maupun menjadi bagian dari aksi tersebut. (I-2)
[OTOMOTIFKU]