
WAKIL Wali Kota Kupang, Serena C Francis resmi meluncurkan Program Ina Kasih (Intervensi Peduli Akses Pembalut Gratis bagi Perempuan Prasejahtera) di Taman Nostalgia Kupang, Sabtu (20/9).
Program ini hadir sebagai bentuk nyata komitmen Pemerintah Kota Kupang dalam menjawab persoalan kemiskinan menstruasi (menstrual poverty), sejalan dengan visi Kota Kupang untuk membangun rumah bersama yang maju, mandiri, sejahtera, dan berkelanjutan dengan prinsip to govern is to serve atau pemerintah adalah melayani.
Acara tersebut turut dihadiri Ketua DPRD Kota Kupang Richard Elvis Odja, Penjabat Sekda Kota Kupang Ignasius R Lega, Komisaris Utama PT Taspen Fary Djemy Francis, Ketua FKUB Kota Kupang Pdt Jecky Latupeirissa, Ketua HIPMI Kota Kupang, Penjabat Ketua Dharma Wanita Persatuan Kota Kupang, Ketua Persatuan Isteri Anggota DPRD Kota Kupang, perwakilan Dandim Kota Kupang, perwakilan Ketua Pengadilan, perwakilan Pimpinan Bank NTT, Komunitas Difabel Kota Kupang; tokoh perempuan; serta para penerima manfaat.
Dalam pemaparannya, Serena menegaskan bahwa fenomena kemiskinan menstruasi nyata terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Banyak perempuan harus memilih antara membeli pembalut atau mengalokasikan uangnya untuk kebutuhan pokok keluarga.
“Hampir setengah dari penduduk Kota Kupang adalah perempuan usia produktif, tetapi sebagian masih kesulitan mengakses produk menstruasi. Harga pembalut yang rata-rata Rp26.000 per pax bisa menjadi beban berat bagi keluarga berpenghasilan rendah,” ungkapnya.
Serena menambahkan, bagi keluarga dengan pendapatan hanya sekitar Rp800 ribu per bulan, pengeluaran untuk pembalut dapat mencapai 6,5 hingga 13 persen dari total penghasilan.
“Jika dalam satu keluarga ada dua perempuan usia subur, bebannya semakin besar. Padahal, penghasilan tersebut juga harus digunakan untuk biaya sekolah, listrik, dan kebutuhan pangan. Pemerintah tidak boleh menutup mata terhadap kondisi ini. Program ini adalah wujud kehadiran pemerintah untuk melayani masyarakat,” tegas Wakil Wali Kota.
Lebih jauh, ia menyoroti masih adanya stigma di masyarakat yang menganggap pembicaraan tentang menstruasi dan kesehatan reproduksi sebagai hal tabu. Menurutnya, edukasi juga menjadi tujuan penting dari program ini.
“Kita ingin masyarakat Kota Kupang lebih terbuka, sehingga tidak ada lagi perempuan yang merasa malu, terpinggirkan, atau terbebani hanya karena hal yang bersifat alamiah,” jelas Serena.
Program Ina Kasih dirancang sebagai langkah intervensi pemerintah dengan memberikan bantuan pembalut gratis. Tahap awal menyasar 1.275 perempuan dari keluarga prasejahtera dengan rentang usia 10–45 tahun.
Program ini juga sejalan dengan Instruksi Presiden RI terkait percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem yang akan terus dimonitor dan dievaluasi secara berkala.
Wakil Wali Kota Kupang menjelaskan bahwa nama Ina Kasih memiliki makna khusus. Ina dalam bahasa lokal berarti “perempuan”, sementara Kasih adalah identitas Kota Kupang sebagai “Kota Kasih”.
“Ina Kasih mencerminkan empati, kepedulian, dan kasih sayang yang kami persembahkan bagi perempuan Kota Kupang. Program ini bukan hanya soal bantuan pembalut, tetapi juga simbol bahwa pemerintah hadir menjaga martabat perempuan, sesuai visi Kota Kupang sebagai rumah bersama yang inklusif,” ucapnya.
Selain mengurangi beban ekonomi keluarga prasejahtera, Serena berharap program ini dapat berdampak positif pada partisipasi pendidikan dan pekerjaan.
“Kami ingin remaja putri hadir penuh di kelas tanpa takut absen karena menstruasi, dan perempuan bekerja tanpa harus terbebani dilema memilih antara membeli pembalut atau kebutuhan pangan keluarga,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Wali Kota Kupang juga mengajak berbagai pihak untuk berkolaborasi. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam menghapus kemiskinan ekstrem.
“Kami membuka ruang kerja sama dengan NGO, LSM internasional, CSR BUMN/BUMD, dunia usaha, dan komunitas peduli kesehatan reproduksi. Bersama, kita pastikan tidak ada lagi yang tertinggal. No one left behind,” tegasnya.
Serena menutup pemaparannya dengan menyatakan bahwa Ina Kasih adalah wujud nyata prinsip pemerintahan Kota Kupang: to govern is to serve.
“Menstruasi bukan pilihan, tapi bagaimana kita meresponsnya adalah pilihan. Dengan Ina Kasih, kami ingin menjaga martabat perempuan sekaligus martabat kemanusiaan. Ini persembahan kasih dari Kota Kupang untuk perempuan Nusa Tenggara Timur, demi terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera, dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Para penerima manfaat turut menyampaikan rasa terima kasih. Nora Paulina Lau, perwakilan komunitas disabilitas, juga menyampaikan apresiasi yang mendalam.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wali Kota dan Ibu Wakil Wali Kota. Terima kasih banyak untuk bantuan dan perhatian yang diberikan kepada kami. Kami sangat berterima kasih dan berharap besar semoga program ini bisa berkelanjutan,” ungkapnya.
Sementara itu, Mirna, salah satu perwakilan ibu rumah tangga dari Kelurahan Lasiana, menyampaikan bahwa program ini sangat membantu kaum perempuan.
“Pertama-tama saya mengucapkan banyak terima kasih untuk program Ina Kasih ini. Sangat bermanfaat sekali bagi kami kaum perempuan, karena ini sesuatu yang luar biasa. Sebagai seorang ibu rumah tangga, saya sangat membutuhkan bantuan ini untuk meringankan beban keluarga,” ujarnya. (RO/Z-1)
[OTOMOTIFKU]